Ahad, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 14 Februari 2016 16:24 wib
5.538 views
Negara Abai, Rakyat Terpaksa Jual Organ Tubuh
Oleh: Hanum Hanindita (Guru SD Khoiru Ummah 25 Bekasi)
Sahabat VOA-Islam...
Lagi, akibat kemiskinan yang semakin mendera, terpaksa menyeret sejumlah warga untuk melakukan apa pun demi mendapatkan uang. Kali ini, Bareskrim Mabes Polri mengungkap sindikat jual beli organ tubuh manusia di Bandung, Jabar.
Dua dari tiga tersangka adalah para pendonor ginjal, yang berubah jadi perantara perdagangan organ. Hasil penyelidikan terungkap sindikat ini telah melakukan 11 kali penjualan. Para tersangka sendiri mengaku kalau jual beli organ tubuh manusia itu berlatar belakang faktor ekonomi.
Miris, satu kata yang layak untuk menggambarkan kondisi tersebut. Di Indonesia sendiri, ini bukanlah kasus pertama , bahkan hanya sedikit dari kasus yang terungkap ke permukaan. Maraknya penjualan organ tubuh tentu bukanlah masalah tunggal yang berdiri sendiri. Ibarat sebuah mata rantai, ada hubungan dan keterkaitan satu sama lain.
Selama masih ada permintaan, maka penjualan akan tetap ada. Begitu pula, selama belum tercukupinya kebutuhan ekonomi seseorang, maka menawarkan organ tubuh bisa menjadi sarana yang cepat untuk meraih keuntungan. Apalagi tuntutan zaman kapitalis seperti saat ini. Semua yang mendapatkan keutungan cepat akan tetap subur di masyarakat.
Lalu bagaimana Islam memandang ini semua?
Tuntutan hidup yang semakin mahal dan semakin sulitnya orang-orang memenuhi kebutuhan hidupnya, membuat menjual organ tubuh menjadi pilihan yang tak ragu lagi untuk diambil. Mengapa demikian ? Tentu saja karena mampu mendapatkan keuntungan besar dalam waktu yang cepat. Walaupun perdagangan organ dinyatakan sebagai tindakan ilegal dan pelakunya diancam sanksi, nyatanya tidak membuat warga miskin berhenti menjadikan itu sebagai solusi. Di sisi lain, jual beli organ tubuh menjadi bisnis yang menggiurkan bagi para sindikat yang terlibat.
Fenomena ini jelas muncul karena faktor kemiskinan. Kebutuhan hidup yang tidak mungkin ditunda memaksa warga miskin mengambil jalan pintas ini, sekalipun kesehatan dan nyawa mereka menjadi taruhannya. Semua diperparah dengan penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang berlandaskan manfaat dan keuntungan dalam pelaksanaannya. Semakin instant jalan yang ditempuh untuk meraih materi, maka semakin langgeng pula jalan tersebut. Bahkan, di level pemerintahan pun tidak ada bentuk tanggungjawab yang terlihat nyata dalam menyelamatkan warga agar berhenti melakukan tindakan membahayakan ini.
Berbeda dengan Islam. Islam sangat memuliakan manusia. Oleh karena itu, Islam menempatkan tanggung jawab yang besar pada Negara dalam mengurusi rakyat. Dalam tinjauan fiqh memang terdapat kebolehan menjual organ tubuh pada saat masih hidup yang dilakukan oleh pemilik organ, tentu selama bukan pada objek-objek vital yang bisa menyebabkan kematian.
Sebab, seseorang memiliki hak atas tubuhnya. Sehingga ia memiliki hak untuk mentasharufkannya baik dengan cara donor atau jual-beli tetapi tidak bisa diwariskan. Sebab kepemilikan terhadap harta (al-milkiyah lil amwal) berbeda faktanya dengan kepemilikan terhadap jasad atau organ (al-milkiyah lil jism au al-adho’, selengkapnya di http://hizbut-tahrir.or.id/2012/05/10/jual-beli-organ-tubuh/)
Meskipun demikian, kemungkinan kecil hal itu menjadi pilihan yang diambil apalagi menjadi bisnis. Sistem ekonomi Islam akan menjamin distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat. Setiap orang terjamin pemenuhan kebutuhan dasarnya dan memiliki kesempatan untuk dapat memenuhi kebutuhan level berikutnya dengan cara-cara yang dibenarkan syari'at. Negara Khilafah akan membina masyarakat dengan hukum-hukum Islam sehingga masyarakat sadar akan hukum. Selain itu, sistem sanksi dan peradilan Islam juga turut memberi efek jera yang mampu meminimalisir peluang terjadinya kasus serupa.
Pada akhirnya, fenomena jual beli organ tubuh menjadi salah satu dari banyaknya bukti abainya negara dalam mengurusi warganya. Jaminan kesehatan yang seharusnya didapat secara mudah dan cuma-cuma, nyatanya hingga kini adalah isapan jempol belaka. Ujung-ujungnya rakyat, terlebih yang miskin akan kembali berjuang sendiri menyambung hidupnya. Ini hanyalah satu, dari banyak masalah yang dihadapi di negeri ini.
Maka sudah selayaknya, pemimpin negeri ini melakukan gebrakan total dalam mengganti sistem kufur yang menyengsarakan kepada sistem islam yang memberikan keberkahan. Ini adalah janji Allah. Mari kita memperjuangkannya. Wallahu a'lam. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!