Jum'at, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 8 Januari 2016 13:24 wib
8.938 views
Pesan Rakyat untuk Para Pemimpin
Oleh: Eka Kirti Anindita, S.Pd.*
Jadilah pemimpin yang amanah!
Hingar bingar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) seiring waktu kian meredup. Kini rakyat menanti fiksasi hasil penghitungan suara dari KPU, siapa paslon yang goal menduduki kursi pemimpin daerah. Para pemimpin itulah yang akan menjalankan amanah untuk melayani rakyat dengan sebaik-baiknya.
Karena sejatinya kepemimpinan—baik dalam level pribadi, masyarakat ataupun negara—adalah amanah, dan hakikat kepemimpinan tercermin dalam sabda Rasulullah SAW berikut, “Sayyid al-qawm khadimuhum (Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka).” (HR Abu Nu‘aim).
Siapapun pemimpin yang memerintah suatu wilayah, ingatlah bahwa tanggungjawab yang ada di pundak Anda merupakan sebuah amanah besar yang pertanggungjawabanya besar pula di akhirat kelak
Siapapun pemimpin yang memerintah suatu wilayah, ingatlah bahwa tanggungjawab yang ada di pundak Anda merupakan sebuah amanah besar yang pertanggungjawabanya besar pula di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan hadits ini, Imam Fudhail bin Iyadh menuturkan, “Hadits ini merupakan ancaman bagi siapa saja yang diserahi Allah SWT untuk mengurus urusan kaum muslim, baik urusan agama maupun dunia, kemudian ia berkhianat. Jika seseorang berkhianat terhadap suatu urusan yang telah diserahkan kepadanya maka ia telah terjatuh pada dosa besar dan akan dijauhkan dari surga.
Penelantaran itu bisa berbentuk tidak menjelaskan urusan-urusan agama kepada umat, tidak menjaga syariah Allah dari unsur-unsur yang bisa merusak kesuciannya, mengubah-ubah makna ayat-ayat Allah dan mengabaikan hukum-hukum Allah. Penelantaran itu juga bisa berwujud pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka dan tidak menegakkan keadilan di tengah-tengah mereka. Setiap orang yang melakukan hal ini dipandang telah mengkhianati umat.” (Imam an-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim).
Selain itu, jika pemimpin (penguasa/pejabat/wakil rakyat) mendzalimi rakyat dan tidak menyayangi mereka, pemimpin seperti inilah seburuk-buruknya pemimpin. Rasul SAW bersabda, “Sesungguhnya seburuk-buruk pemimpin adalah al-Hathamah (mereka yang menzalimi rakyatnya dan tidak menyayangi mereka).”(HR Muslim).
Karena itu, Islam sangat mendorong agar para pemimpin/penguasa selalu bersikap adil dan amanah. Sayangnya, pada era demokrasi saat ini, para pemimpin seringkali tak lepas dari kecurangan, kebohongan, bahkan politik uang, baik sebelum terpilih, maupun saat menjabat, bahkan setelah menjabat. Deretan kasus ‘serangan fajar’, pemberian uang palsu, korupsi dan ingkar janji sering bahkan selalu terngiang dan terpampang nyata di hadapan rakyat. Pemimpin yang awalnya dikenal pro rakyat dan merakyat pun tak lagi merakyat saat menjabat.
Pemimpin yang awalnya down to earth, saat menjabat jadi up to sky. Para pemimpin lebih menuruti kepentingan asing daripada rakyatnya sendiri. Akhirnya, janji-janji manis yang disampaikan saat kampanye pada rakyat jadi omong kosong belaka. Pemimpin-pemimpin yang ada, walaupun berkali-kali berganti tapi sepak terjangnya tak luput dari penghianatan dan pendzaliman terhadap rakyatnya, sampai-sampai rakyat pun kini jengah dan apatis. Hal ini bisa kita lihat dengan naiknya jumlah golput saat pemilu.
Walhasil, pemimpin adil nan amanah tidak mungkin lahir dari rahim Sistem demokrasi sekuler, karena fakta membuktikan bahwa sistem ini hanya bisa menghasilkan para pemimpin dzalim, tidak amanah dan jauh dari sifat adil. Di samping itu, sistem demokrasi pun dicaci maki di negeri asalnya, Yunani, Aristoteles menyebut demokrasi sebagai Mobocracy atau the rule of the mob (pemerintahan yang merosot). Juga dalam bukunya “Politics”, Aristoteles menyebut demokrasi sebagai bentuk negara yang buruk (bad state). Sehingga, pemimpin yang adil hanya mungkin lahir dari rahim sistem yang juga adil. Itu lah sistem Islam yang diterapkan dalam institusi pemerintahan Islam atau yang sering disebut dengan istilah Khilafah.
Sejak Rasulullah SAW diutus, tidak ada masyarakat yang mampu melahirkan para penguasa yang amanah dan adil kecuali dalam masyarakat yang menerapkan sistem Islam. Kita mengenal Khulafaur Rasyidin yang terkenal dalam kearifan, keberanian dan ketegasannya dalam membela Islam dan kaum Muslim. Mereka adalah negarawan-negarawan ulung yang sangat dicintai oleh rakyatnya dan ditakuti oleh lawan-lawannya. Mereka juga termasyhur sebagai pemimpin yang memiliki budi pekerti yang agung dan luhur Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sosok penguasa yang terkenal sabar dan lembut.
Namun, beliau juga terkenal sebagai pemimpin yang berani dan tegas. Tatkala sebagian kaum Muslim menolak kewajiban zakat, beliau segera memerintahkan kaum Muslim untuk memerangi mereka. Meskipun pendapatnya sempat disanggah oleh Umar bin al-Khaththab, beliau tetap bergeming dengan pendapatnya. Stabilitas dan kewibawaan Negara Islam harus dipertahankan meskipun harus mengambil risiko perang. Khalifah Umar bin al-Khaththab sendiri terkenal sebagai penguasa yang tegas dan sangat disiplin.
Beliau tidak segan-segan merampas harta para pejabatnya yang ditengarai berasal dari jalan yang tidak benar (Lihat: Târîkh al-Islâm, II/388; dan Tahdzîb at-Tahdzîb, XII/267). Fakta ini mebuktikan bahwa Khilafah terbukti mampu melahirkan pemimpin amanah, dan khilafah merupakan ajaran Islam yang pernah ditegakkan oleh Rasulullah sang uswatun nasanah kita.
Walhasil, untuk menjadi pemimpin amanah butuh sistem Islam. Sudah cukup berbagai fakta kerusakan dan kedzaliman di hadapan kita, yang semua itu tak akan pernah selesai selama pemimpin menerapkan sistem demokrasi-sekuler. Maka, teruntuk para pemimpin, jadilah pemimpin amanah dalam sistem yang bisa mewujudkan sikap amanah, yakni Khilafah Islamiyyah. [syahid/voa-islam.com]
*Penulis adalah alumni Universitas Jember, reporter agenda kemuslimahan di Jember.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!