Jum'at, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 30 Oktober 2015 16:12 wib
7.826 views
Euforia dapat Menghantarkan kepada Kemusyrikan
Sahabat VOA-Islam...
Euforia akan mengalihkan manusia dari rasa ta'dzim( meng-Agungkan) kepada Allah Yang Maha Pencipta, menjadi ta'dzim kepada makhluk-Nya, padahal yang berhak dipuji dan dipuja hanyalah Allah SWT sebagai Pencipta Alam semesta sebagaimana telah di terangkan di dalam Al-Qura'n sebagai berikut:
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Di[Maha Kuasa atas segala sesuatu.{At-Taghabun (64 ):1}
Tatkala manusia meraih kemenangan dalam mengikuti kompetisi yang bergengsi dan di gandrungi banyak orang. Sorak sorai gegap gempita menyambut sang juara, terlepas dari jenis juara apa saja yang mereka raih, selalu disambut dengan suka cita yang berlebihan didalam meng expresikan suasana hatinya, itulah Euforia.
Namun tahukah mereka, apa sebenarnya makna kemenangan yang hakiki ynag dapat menghantarkan seseorang meraih kebahagiaan yang abadi?
Seandainya mereka mengetahui dan mengerti arti "kemenangan hakiki', tentu manusia tak akan mekakukan hal seperti itu, sebab hal tersebut akan menjadi penyesalan di akhirat kelak, sebab Euforia hanya akan menambah beban di akhirat dan ternyata euforia lah yang akan membuahkan penderitaan manusia di akhirat karena perilaku tersebut menjauhkan manusia dari rasa ta'dzim (meng agungkan) Allah SWT.
Pertanyaannya: Apa jawaban kita ketika Allah SWT bertanya kelak di akhirat:" Apakah sesuatu yang kalian banggakan dan kalian sanjung-sanjung tersebut memiliki kekuasaan dan dapat menyelamatkan kamu dari adzab Neraka serta memasukkan ke Jannah?
Siapakah Penguasa Alam Semesta beserta seluruh makhluk di bumi ini, dan siapakah pemilik Jannah (Surga) dan Neraka?
Kepada siapa kalian patut memuja dan memuji dan mengAgungkan seharusnya?
Bagaimana jawaban kita nanti dihadapan Allah SWT?
Tentu yang lebih patut dan wajib kita sanjung, kita puji, kita Agungkan segalanya hanya Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, Jangan sampai kita salah bersikap di dunia ini, semoga kita terlindung dari perilaku yang akan menjadi pemyesalan di akhirat kelak, karena dunia ini hanya tempat bermain bagi orang yang lalai mengingat akhirat, padahal kehidupan yang sesungguhnya adalah akhirat yang kekal abadi, sebagaimana firman Allah dibawah ini:
ا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.{Ankabut(29):64
Sayangnya banyak manusia yang tidak mengetahui atau tidak menyadari bila kehidupan yang sebenarnya adalah di akhirat nanti, sebab itulah mereka lalai dalam hidupnya sehingga usianya banyak dihabiskan dengan sendau gurau dan main-main, bersuka ria dalam melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT,sebagaimana firman-Nya :
ذَٰلِكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَفْرَحُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَمْرَحُونَ
Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kamu selalu bersuka ria .(dalam kemaksiatan).{Al-Ghafuru(40):75
Alhamdu lillahi Robbil Alamin (Segala Puji hanya milik Allah Tuhan Pengatur Alam Semesta).
Kemenangan hakiki itu adalah ketika manusia berhasil menempati Jannah -Nya Allah SWT kelak di akhirat,belum saatnya kita bereuforia sebab kemenangan belum kita raih. Sebab hidup ini adalah perjuangan yang tanpa henti sampai batas maut memisahkan kita andaikan manusia mengetahuinya, maka mulailah dari sekarang kita berlomba-lomba meraih keridhoan Allah SWT agar kelak mendapat Jannah Allah SWT, Amin.
Peluang mendapat ridho Allah itu ada di dalam sikap "Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan Rosul-Nya",I man dan Taqwa dapat diraih ketika manusia terikat dengan Aturan Allah SWT yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Namun bila manusia yang hidup pada era akhir zaman ini tidak mengikuti Rosulullah SAW, berbuat sesuatu yang tidak diperintahkan Allah dan dicontoh Rosulullah SAW, jangan harap akan mendapat ridho Allah SWT, sebab Allah SWT telah berfirman dan Rosulullah SAW telah bersabda yg artinya kurang lebih seperti ini:
“Maukah Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya”. (Al Kahfi: 103-104).
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.{Al-Furqan(35):23
Adapun hadits Rosululkah SAW dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang beramal bukan diatas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak.” (Muttafaqun alaihi, dari lafazh Muslim)
Artinya tidak di terima Allah SWT,suatu perbuatan yg tidak diterima Allah SWT,karena tidak dicontohkan oleh Rosulullah SAW termasuk perkara yg baru(diada -adakan oleh manusia)yg di sebut bida'h dan bida'h dalam ibadah adalah sesat,dan perbuatan yg sesat itu tempatnya di Neraka .
Bagaimana kalau bida'h dalam hal yg bersifat kebendaan,bolehkah?
Bida'h dalam madiyah(benda) hukumnya boleh selama benda itu tidak mengandung Hadharah(mengandung kayakinan dari agama dan idiologi di (luar Islam) seperti contoh: Kereta api. Mobil, Kapal,`televisi, komputer, HP dan sebagainya. Semua barang tersebut bisa dipakai walaupun yang membuatnya orang-orang bukan Muslim kita bisa memakainya, sebab itu termasuk sarana dan prasarana yang dibuat manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia dan semuanya itu adalah hasil budi daya pemikiran manusia yang secara fitrahnya akan mengalami perkembangan terus sesuai kebutuhan, kemampuan daya imajinasi serta kreasi manusia, selama itu bermanfaat dan tidak mengakibatkan kerusakan bagi tatanan kehidupan.
Contoh: Alat transportasi,media Informasi,alat-alat rumah tangga dan sebagainya. Hal tersebut bersifat bebas nilai siapapun bisa memakainya dan memproduksinya.
Namun bila sikap "Euforia" terhadap sesuatu apapun di dunia ini, ini tidak bebas nilai karena segala sesuatu didunia ini adalah milik Allah SWT, dan segala Puji hanya bagi Allah semata Yang menguasai Alam Semesta dan Pengatur kehidupan, oleh karena itu bila ada manusia sebagai Ciptaan-Nya' melakukan Pujian, sanjungan, kebanggaan dan pengkultusan' kepada sesama makhluk bukan kepada Penciptanya,ini adalah bentuk 'Kesyirikan' yang di haramkan Allah SWT, sayangnya tidak disadari oleh kebanyakan kaum muslimin.
Firman Allah:
"Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". {Al-Kahfi (18):110}
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".{Lukman(31):13}
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.{An-Nisa(4(:48}
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.{An-Nisa(4):115
Naudzubillahi min dzalik tsumma naudzubillah!
HADITS ROSULULLAH:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي حَصِينٍ، وَالأَشْعَثِ بْنِ سُلَيْمٍ، سَمِعَا الأَسْوَدَ بْنَ هِلاَلٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم " يَا مُعَاذُ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ ". قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ " أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، أَتَدْرِي مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ ". قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ " أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ ".
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Hushain dan Al Asy'ats bin Sulaim keduanya mendengar Al Aswad bin Hilal dari Mu'adz bin Jabal berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Wahai Mu'adz, tahukah kamu hak Allah atas hamba?" "Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu, " Jawab Mu'adz. Nabi bersabda lagi: "Yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Tahukah engkau apa hak mereka atas Allah?" tanya Nabi selanjutnya."Allah dan Rasul-Nya yang lebih lebih tahu." Jawab Mu'adz. Nabi bersabda: "Yaitu agar Dia tidak menyiksa mereka."(sohih Bukhari)
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَدْعُو مِنَ اللَّيْلِ " اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، قَوْلُكَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَأَسْرَرْتُ وَأَعْلَنْتُ، أَنْتَ إِلَهِي لاَ إِلَهَ لِي غَيْرُكَ ". حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بِهَذَا وَقَالَ أَنْتَ الْحَقُّ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ.
Telah menceritakan kepada kami Qabishah telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibn Juraij dari Sulaiman dari Thawus dari Ibn Abbas radliyallahu'anhuma, ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdoa diwaktu malam: 'ALLAAHUMMA LAKAL HAMDU ANTA RABBUS SAMAAWAATI WAL ARDLI LAKAL HAMD, ANTA QAYYIMUS SAMAAWAATI WAL ARDL WAMAN FIIHINNA, LAKAL HAMDU ANTA NUURUS SAMAAWAATI WAL ARDLI, QOULUKAL HAQQ, WAWA'DUKAL HAQQ, WALIQAA'UKA HAQQ, WAL JANNATU HAQQ WAN NAARU HAQQ, WASSAA'ATU HAQQ, ALLAAHUMMA LAKA ASLAMTU WABIKA AAMANTU WA'ALAIKA TAWAKKALTU, WAILAIKA ANABTU WABIKA KHAASHAMTU, WAILAIKA HAAKAMTU, FAGHFIR LII MAA QADDAMTU WAMAAA AKHKHARTU WA ASRARTU WAMAA A'LANTU ANTA ILAAHII LAA-ILAAHA LII GHAIRUKA.
'(Ya Allah, bagi-Mu segala puji, Engkau Tuhan langit dan bumi, bagi-Mu segala puji, Engkau pengurus langit dan bumi dan semua penghuninya, bagi-Mu segala puji, Engkau adalah cahaya langit dan bumi, firman-Mu benar, janji-Mu benar, perjumpaan terhadap-Mu adalah benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, hari kiamat benar, ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku bersandar, karena-Mu aku memusuhi (musuh), kepada-Mu aku berhakim, maka ampunilah bagiku apa yang pernah aku lakukan dan apa yang belum aku lakukan, apa yang aku lakukan secara sembunyi-sembunyi dan apa yang aku lakukan secara terang-terangan, Engkau adalah Tuhanku, tiada sesembahan yang hak bagiku selain Engkau) '."
Dan telah menceritakan kepada kami Tsabit bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Sufyan dengan hadis ini, dan ia menyebutkan dengan redaksi, 'Engkau adalah benar dan firman-Mu benar.'
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، عَنْ شَقِيقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ " مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ، وَمَا أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنَ اللَّهِ ".
Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafs bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Syaqiq dari Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tak ada seorangpun yang lebih cemburu daripada Allah, yang karena sifat cemburu-Nya Allah mengharamkan segala bentuk kejahatan, dan tak seorang pun yang lebih senang dipuji daripada Allah."
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ " يَقْبِضُ اللَّهُ الأَرْضَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ مُلُوكُ الأَرْضِ ". وَقَالَ شُعَيْبٌ وَالزُّبَيْدِيُّ وَابْنُ مُسَافِرٍ وَإِسْحَاقُ بْنُ يَحْيَى عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih telah menceritakan kepada kami Ibn Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibn Syihab dari Sa'id -yaitu Ibnul Musayyab- dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat Allah menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya serta berkata 'Akulah sang raja, mana raja-raja bumi?" Dan Syu'aib dan Azzubaidi dan Ibn Musafir dan Ishaq bin Yahya juga berkata dari Az Zuhri dan Abu Salmah semisalnya."
Begitu bahayanya sikap musyrik yang terkadang manusia tidak menyadarinya bahwa perilaku tersebut termasuk bentuk kemusyrikan yang menjerumuskan manusia kepada kemurkaan Allah SWT, seharusnyalah kita sebagai muslim harus waspada dan hati-hati terhadap bentuk kemusyrikan sekecil apapun, sebab pelakunya diancam oleh Allah SWT dengan siksa neraka dan Allah SWT tidak akan menerima ampunan orang musyrik, sebab Segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Sebagai muslim bila mendapatkan sesuatu kebahagiaan seharusnya cepat memuji Alllah bukan bereuforia pun bila meraih suatu kemenangan yang tujuannya untuk meraih ridho Allah SWT seperti menang dalam kompetisi pacuan kuda atau balap mobil, berenang, memanah atau menembak, yang ada korelasinya dengan persiapan 'Jihad Fi Sabilillah' atau perlombaan hafidz qura'n yang tujuannya untuk menjaga al-qura'n contohnya.
Meraih kemenangan dalam hal tersebut di atas itulah yang harus disyukuri sebab tujuan mengikuti perlombaannya jelas untuk meningkatkan prestssi di jalan Allah dan meng-expresikan rasa gembira nya dg mengucap 'Hamdallah' bukan dengan sikap euforia. Tapi bila ajang kompetisi tujuannya bukan untuk hal yang telah disebutkan di atas, sebaiknya kita sebagai seorang muslim harus hati-hati jangan sampai amal kita di dunia itu hanya sia-dia saja dihadapan Allah SWT.
Mari kita berlindung kepada Allah SWT dari perbuatan Syirik:" Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari berbuat Syirik (menyekutukan-Mu)" sekecil apapun bentuknya, hindarkan kami dari api Neraka, tempatkan kami bersama orang-orang yang Telah Engkau ber Nikmat dan Engkau Ridhoi. Aamiin.
SARTINAH MARLINI
[email protected]
(Ibu rumah tangga, suporter Para Pejuang Penegakan 'KHILAFAH ISLAM',tinggal di Bandung)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!