Senin, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 2 Juni 2014 10:04 wib
36.541 views
Surat Anda: Sanggahan Terhadap 10 Alasan Abdillah Toha 'Mizan' Pilih Jokowi
SURAT PEMBACA:
Tulisan yang beredar terkait alasan sdr Abdillah Toha (Komisaris Utama Kelompok Penerbit Mizan) memilih tuan Jokowi yang telah beredar di dunia maya, membuat saya ingin memberikan sanggahan karena sdr Abdillah Toha adalah seseorang yang bisa disebut tokoh Islam, namun dasar yang dijadikan acuan untuk memilih tuan Jokowi agak jauh dari kriteria calon pemimipin yang baik bagi umat Islam.
Berikut alasan sdr Abdillah Toha serta sanggahan yang saya lontarkan.
Abdillah Toha, salah seorang pendiri dan juga mantan Ketua PAN, mengemukakan 10 alasan mengapa ia memutuskan memilih Jokowi.
Sebagai salah seorang pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), bersama beberapa pendiri lain serta beberapa anggota dan ex anggota PAN, saya memutuskan akan memilih calon presiden yang tidak didukung PAN pada pemilihan presiden mendatang.
Paling sedikit ada 10 alasan kelebihan Jokowi yang mendasari keputusan saya tersebut.
1) Pertama, Jokowi tidak tercela. Jelas dia bukan manusia sempurna, tetapi setidaknya dia tidak punya beban masa lalu yang berpotensi mengganggu tugasnya sebagai presiden. Sejauh ini dia telah terbukti jujur dan bersih, serta tulus, dan terbuka. Ditangan orang bersih seperti inilah kita seharusnya lebih memercayakan program pemberantasan korupsi yang telah menggerogoti negeri ini selama berpuluh tahun.
2) Kedua, Jokowi berprestasi. Tidak diragukan lagi bahwa Jokowi telah menunjukkan prestasi kerja masa lalu (track record) yang meyakinkan. Sebagai wali kota Solo, dia adalah salah satu kepala daerah terbaik di negeri ini, bahkan mungkin di dunia. Kepentingan rakyat didahulukan sehingga ketika terpilih kembali sebagai wali kota untuk periode kedua, dia mendapatkan dukungan tidak kurang dari 90% pemilih. Sebagai Gubernur DKI Jakarta, walau belum sampai 2 tahun, dia telah menununjukkan hasil kerja yang bagus dengan merancang dan sekaligus mengimplementasikan beberapa program pro rakyat dengan cepat dan tanpa ragu (kartu sehat, kartu pintar, BPMKS di Solo, MRT dsb).
3) Ketiga, Jokowi bukan pengurus partai. Walau dia anggota partai dan dicalonkan oleh partai, dia bukan pengurus partai, apalagi ketua umumnya. Sebagai presiden RI dia tidak akan disibukkan dengan rapat-rapat dan persoalan partai sehingga perhatiannya tidak akan terbelah dan dapat memusatkan pikirannya kepada kerja negara. Permintaan ketua umum PDIP kepadanya untuk menjadi “petugas partai” harus diartikan sebagai imbauan untuk menjalankan ideologi partai.
4) Keempat, Jokowi pengambil keputusan. Gayanya yang lemah lembut mengelabui kita seakan dia seorang pemimpin yang tidak tegas. Ketegasan dalam mengambil keputusan telah sering dibuktikannya dalam possinya sebagai wali kota Solo (menolak usul pembangunan mal oleh gubernur Jawa Tengah saat itu), memberhentikan pejabat tinggi DKI yang tidak berprestasi (walikota Jakarta Selatan) dan banyak lagi. Ketegasan seseorang tidak dicerminkan oleh cara bicaranya yang keras dan meledak-ledak.
5) Jokowi pluralis. Sangatlah berbahaya bila di negeri yang sangat majemuk seperti Indonesia, kita dipimpin oleh seorang presiden yang berwatak ekslusif. Jokowi seorang Muslim yang taat dan telah menunaikan ibadah haji serta empat kali umroh dengan biaya sendiri, tetapi juga sangat toleran terhadap mereka yang beragama dan berkeyakinan lain. Dia telah membuktikan sebagai pemimpin pluralis yang membela dan melindungi hak minoritas (kasus lurah Susan), dan berkomitmen menjaga kebinekaan bangsa demi keutuhan NKRI. Jokowi tidak punya program “pemurnian agama” dalam visi misinya yang berbahaya bagi persatuan bangsa.
6) Jokowi bukan pedagang politik. Walaupun dia berlatar belakang seorang pengusaha, tapi urusan kursi pemerintahan tidak diperdagangkannya. Sejak awal dia telah mengatakan bahwa prinsip koalisinya non-transaksional. Artinya, dia tidak akan membagi-bagikan posisi kabinet hanya atas dasar garis partai tetapi mencari dan menempatkan the right man in the rght place. Ini sudah dibuktikannya ketika dia menjabat sebagai gubernur DKI dengan melelang berbagai jabatan penting di DKI.
7) Jokowi penyelesai konflik. Hal ini telah dibuktikannya berkali-kali baik di Solo maupun di DKI seperti dengan menyelesaikan masalah PKL di Solo serta masalah Tanah Abang dan rumah-rumah liar di DKI. Konflik kraton Surakarta yang gagal diselesaikan oleh pemerintah pusat, berhasil diselesaikannya dalam waktu beberapa bulan. Keunggulannya terletak pada cara penyelesaian yang damai tanpa menimbulkan kerusuhan dan keresahan, karena rakyat kecil “korban” penyelesaian tidak diabaikan begitu saja tetapi ditampung atas tanggungan pemerintah. Kemampuannya di bidang ini akan dilipat gandakan dengan bantuan cawapres Jusuf Kalla yang berprestasi besar menyelesaikan masalah Aceh dan Poso.
8) Jokowi reformis. Sangatlah menonjol ketika belum sampai 2 tahun menjabat gubernur DKI dia telah berhasil membobol kebiasaan-kebiasaan lama birokrasi yang cenderung koruptif dan tidak efisien. Membuat KTP di DKI sekarang hanya memerlukan waktu sehari, bukan sebulan seperti sebelumnya. Sebagai wira usahawan, cara berpikirnya segar dengan selalu mencari terobosan dan pemikiran out of the box. Bertahap tapi konsisten, rasionalisasi pegawai negeri DKI terus dilaksanakan dan disiplin ditingkatkan. Dia juga memberi suri tauladan dengan menunjukkan dirinya sebagai pekerja keras. Jokowi seorang demokrat tulen yang tidak percaya kepada keuatan uang untuk memenangkan pemilihan.
9) Kesembilan, Jokowi sederhana dan hemat. Kesederhanaan dan wajah kerakyatan Jokowi tak terbantahkan dan kasat mata. Beberapa anggaran DKI yang mubazir dipotongnya sedangkan penerimaan APBD DKI melonjak drastis berkat tarnsparansi pengelolaan pajak. Dia bukan orang yang gila hormat, lebih suka bersepeda dan jalan kaki dan menolak selalu dikawal dengan vorijder. Tidak pandai berbicara tetapi santun. Bukan pendendam dan tidak pernah melayani berbagai kampanye hitam terhadapnya. . Menolak menerima gaji sebagai walikota Solo dan Gubernur DKI karena sudah merasa cukup dari penghasilannya sendiri sebagai pengusaha.
10) Jokowi kepala keluarga sakinah. Memimpin negara atau institusi apapun harus dimulai dengan kemampuan memimpin keluarga. Keluarga Jokowi dikenal sebagai keluarga yang bahagia. Istrinya, Iriana, seorang wanita yang sederhana dan tidak banyak menuntut serta lebih senang mengurusi urusan rumah tangga daripada ikut campur dalam urusan politik suami. Ketiga anaknya adalah anak-anak idaman setiap orang tua. Berpendidikan cukup dan yang sulung seorang pengusaha catering yang tidak mau menggantungkan sumber permodalannya dari orang tuanya.
(Abdillah Toha, Pendiri dan mantan ketua Partai Amanat Nasional/ PAN)
Tanggapan terhadap Sepuluh alasan Abdillah Toha Pilih Jokowi
Terkait pencalonan Joko Widodo alias tuan Jokowi mau pun Prabowo Subianto memang perlu untuk DIPERTIMBANGKAN, mengingat kedua kandidat tersebut akan memimpin di sebuah negeri yang mayoritas berpenduduk muslim. Jangan sampai ada TOKOH MUSLIM yang kapasitas pengetahuan agamanya sudah mumpuni, malah mendukung salah satu kandidat dengan tujuan-tujuan tertentu atau kepentingan pribadi/ kelompoknya saja, lalu melupakan dampak besar yang akan dialami oleh umat Islam Indonesia.
10 alasan yang telah disampaikan oleh Abdillah Toha, dijadikan dasar keputusannya untuk memilih tuan Jokowi sebagai Presiden RI. Tentu alasan tersebut bisa kita terima walau pun sedikit berlebihan, karena hal itu merupakan hak setiap Warga Negara Indonesia (WNI). Namun yang perlu digaris bawahi, kita harus cermat dan teliti dalam memilih sorang pemimpin. Jika yang disampaikan oleh sdr Abdillah Toha bahwa tuan Jokowi dianggap pilihan yang tepat, tampaknya sdr Abdillah Toha harus berfikir untuk kedua kalinya.
Apakah Abdillah Toha sudah terlena dengan kepribadian “JUJUR & SANTUN” tuan Jokowi, lalu menutup mata dan tidak menyadari bahwa yang berada di barisan belakang mau pun yang menjadi donatur besar pemenangan tuan Jokowi adalah kelompok Konglomerat Hitam (dari etnis china yang tidak peduli dengan pribumi apalagi masyarakat muslim), Komunisme, Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme, Feminisme, orang-orang Freemason, Lions Club, Rotary Club, Cukong Judi, Kaum Munafiquun, Pendukung ALIRAN SESAT, belum lagi para cukong dari negeri seberang…?
Apakah Abdillah Toha tidak mengenal para majikan tuan Jokowi, seperti Jacob Soetoyo yang menjadi fasilitator pertemuan Jokowi-Mega dengan para duta besar, Jusuf Wanandi, Sofian Wanandi, Harry Tjan Silalahi, James Riyadi, Jakob Oetama (Kompas Grup), Edward Soerjadjaja, Prajogo Pangestu dll..?. Mereka ini adalah orang-orang yang punya andil besar dalam misi memerangi umat Islam di tanah air dan kini memanfaatkan tuan Jokowi sebagai pion mereka… Mana mungkin tuan Jokowi menentang para majikannya yang memberi support finansial besar-besaran…?
Apakah Abdillah Toha tidak pernah mendengar ucapan Megawati (Ketum PDIP), secara terang-terangan mengatakan kepada tuan Jokowi, bahwa ia adalah petugas partai yang harus melaksanakan apa yang ditugaskan partai.. artinya, kalau terpilih sebagai Presiden, tuan Jokowi hanya jadi boneka Megawati dan PDIP saja..? “Saya pesan ke Pak Jokowi, sampeyan tak jadikan capres, tapi jangan lupa ingat capres-nya saja. ANDA ADALAH PETUGAS PARTAI YANG HARUS MELAKSANAKAN APA YANG DITUGASKAN PARTAI,” ucap Mega dalam pidatonya saat deklarasi koalisi PDIP, Partai NasDem, dan PKB di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu 14 Mei 2014.
Apakah Abdillah Toha tidak pernah mendengar FESTIVAL MAKSIAT besar-besaran yang digagas oleh tuan Jokowi saat perayaan tahun baru 2013-2014 dan HUT DKI Jakarta, sehingga sejumlah kalangan Umat Islam mengecam keras kebijakan tuan Jokowi tersebut. Tak hanya itu, tahun lalu Gubernur DKI Jakarta tuan Jokowi juga mulai membatasi kegiatan rutin yang merupakan syi’ar Umat Islam, ia meminta warga DKI Jakarta untuk melantunkan takbiran di masjid dan melarang warga DKI Jakarta untuk takbiran berkeliling kota. Akhirnya kebijakan tersebut dibantah habis oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI). “Kita mengimbau masyarakat agar takbirannya di mesjid-mesjid saja. Tidak usah keliling, tidak usah konvoi. kata Jokowi di kantor Baznas jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin 5 Agustus 2013…… MENYEDIHKAN! FESTIVAL MAKSIAT BESAR-BESARAN DIGELAR, KEGIATAN TAKBIRAN KELILING DILARANG DAN DIPERSEMPIT?..
Apakah sdr Abdillah Toha tidak sadar, bahwa kebijakan tuan Jokowi dalam acara FESTIVAL MAKSIAT yang diselenggarakan dengan nama PESTA RAKYAT merupakan pesta pembodohan umat. Bercampur baurnya ratusan ribu manusia, mulai dari anak-anak, remaja, ibu, bapak, pelacur, waria, homoseksual, lesbi, pemabuk, pengguna narkoba, difasilitasi dengan panggung-panggung gratis yang membuat warga muslim lupa kewajiban sholat.
Apakah sdr Abdillah Toha tidak berpikir, jika tuan Jokowi berkuasa menjadi presiden, ia akan mewariskan penggantinya seorang non muslim memimpin DKI Jakarta yang berpenduduk mayoritas muslim? Jelas tidak patut jutaan umat Islam DKI Jakarta dipimpin oleh non muslim. Demikian juga kota yang berpenduduk mayoritas non muslim, sudah tentu tak layak dipimpin oleh muslim, sebagai bentuk kearifan lokal. Efek dari langkah tuan Jokowi ini menjadi PERTIMBANGAN PENTING saat memutuskan untuk memberi dukungan.
Dan yang paling DAHSYAT adalah KEBOHONGAN BESAR yang dilakukan oleh tuan Jokowi:
Apakah sdr Abdillah Toha tidak pernah mendengar tuan Jokowi berBOHONG dan INGKAR JANJI secara terang-terangan, saat ia dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta telah bersumpah di bawah Kitab Suci Al-Qur’an dan berjanji secara LISAN & TERTULIS, akan mengemban tugas selama satu periode (lima tahun) untuk memimpin Ibu Kota Jakarta. Betapa berani tuan Jokowi kini ingkar janji, melanggar sumpah dibawah Al-Qur’an, ia telah mendustakan Allah dan RasulNya. Bagaimana manusia seperti ini dapat dipercaya..?
Perlu diketahui, ada 19 janji Jokowi saat kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta dulu, seperti yang dimuat oleh situs resmi Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tertanggal 24 September 2012. Situs ini memuat hasil catatan (janji Jokowi) dari Harian Terbit selama berkampanye. Salah satu janji Jokowi yang tertera pada urutan ke 8, adalah: AKAN MEMIMPIN JAKARTA SELAMA LIMA TAHUN. TIDAK MENJADI KUTU LONCAT dengan mengikuti Pemilu 2014 (Pilpres). (Jumpa pers di rumah Megawati Soekarnoputri, 20 September 2012)…
Apakah sdr Abdillah Toha tidak pernah mendengar firman Allah Ta’ala tentang BERBOHONG..? Bin-Nashil Quran, Allah Ta’ala melaknat kepada para PEMBOHONG!! Terlebih BERBOHONG terhadap ratusan juta RAKYAT.
Apakah sdr Abdillah Toha tidak pernah mendengar sabda Baginda Rasulullah SAW, tentang 3 tanda orang MUNAFIQ, diantaranya: Jika BERBICARA BERBOHONG dan JIKA BERJANJI MENGINGKARI??? Apalagi BERBOHONG kepada ratusan juta Umat Islam!.. Apakah orang yang INGKAR JANJI dan MEMBOHONGI rakyat bisa disebut pemimpin yang baik..? Mungkin maksud sdr Abdillah Toha, orang boleh BERBOHONG asal SANTUN, sehingga tuan Jokowi dalam paragraf urutan ke-5 disebut …“Jokowi seorang MUSLIM yang TAAT”..? Kalau MUSLIM yang TAAT tentu tidak BERBOHONG, sebab berkata BOHONG adalah masalah SERIUS dalam agama Islam dan merupakan perbuatan yang paling DIBENCI oleh Allah dan RasulNya.
Tuan Jokowi mengawali kepemimpinannya sudah dengan KEBOHONGAN, maka jika umat islam dipimpin oleh tuan Jokowi, jangan heran bila akan terus mendapat KEBOHONGAN dan KEBOHONGAN lagi. Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga… Gara-gara BERBOHONG, rusaklah kredibilitas tuan Jokowi. Inti dari semua keburukan tuan Jokowi adalah KEBOHONGAN yang terang-terangan disaksikan ratusan juta rakyat Indonesia, tapi malah dibela mati-matian oleh pendukunganya. Sudah jelas-jelas BERBOHONG, masih saja didukung habis-habisan… Luar biasa…! Ironis..! Na’udzubillah min Dzaalik..!!
Sanggahan saya untuk sdr Abdillah Toha ini, bukan berarti Prabowo Subianto pribadinya lebih baik dari tuan Jokowi. Atau Prabowo orang yang JUJUR dan tidak BERBOHONG, tentu tidak demikian. Namun saya melihat secara global, yakni siapakah orang-orang yang berada dibalik pendukung/ pengikut/ loyalis dari kedua kandidat tersebut yang lebih MENGUNTUNGKAN Umat Islam..? Manakah yang lebih kecil MUDARATNYA bagi Umat Islam? Disinilah letak PERTIMBANGAN Umat Islam..!
Sebenarnya bila kita melihat realita kedua calon kandidat presiden yang ada, umat Islam lebih baik BOBO saja ketimbang salah pilih dan kelak harus mempertanggung jawabkan pilihan kita dihadapan Allah Ta’ala. Karena sistem demokrasi produk Zionis tidak sesuai dengan Islam. Namun, bila aksi BOBO kita kemudian malah membuat PETAKA bagi umat Islam, maka kita harus bangkit dan memberikan suara kita dalam pilpres mendatang demi kehormatan Islam.
Oleh karena itu, untuk menghadapi Pemilihan Presiden (capres), pada 9 Juli 2014 mendatang, Umat Islam harus ikut serta berperan dalam berbagai aspek baik ikut memberikan suara, mengawasi jalannya pemilu agar suara Umat Islam sebagai penduduk mayoritas tidak disalah gunakan oleh musuh Islam.
Pilihannya yang sekarang hanya dua nama, yaitu “Prabowo & Jokowi”. Maka kedua cepres tersebut sementara kita anggap sama-sama BURUK, lalu kita pertimbangkan dari dua sosok buruk (mudarat). Siapakah yang lebih kecil mudaratnya bagi Umat Islam pada khususnya dan rakyat pada umumnya??
Jika pertimbanannya adalah A yang mudaratnya lebih kecil, kita pilih A, dan jika B, kita pilih B.. Dengan catatan, cara ini kita lakukan karena (DARURAT) tidak ada lagi pilihan yang memenuhi syarat menjadi pemimpin Umat Islam selain dua capres “Prabowo & Jokowi”. Maka dalam kondisi seperti ini Umat Islam TERPAKSA ikut terlibat pemilihan karena keadaan DARURAT. Dengan alasan, kita KHAWATIR jika Umat Islam banyak yang GOLPUT, maka Indonesia akan dikuasai oleh MUSUH-MUSUH ISLAM. Ingat, jika Umat Islam enggan mengikuti Pilpres, maka sesungguhnya jutaan orang kafir, fasik, sekuler dan liberal akan ikut pemilu untuk berkuasa dan menguasai negeri ini.
Wallahu A’lam Bis-Shawab
Pengirim: Salim Syarief MD
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!