Setelah menjelaskan beberapa korespondensi antara Al-Qaidah pusat dengan ISI melalui perantaraan Syaikh Athiatullah Al-Libbi rahimahullah, dengan penuh rasa hormat dan santun Syaikh Aiman memberikan perintah kepada Jabhah Nusrah dan ISIS. “Ini adalah keputusan seorang amir dalam menyelesaikan permasalahan di antara pasukannya bukan keputusan seorang hakim terhadap dua pihak yang bertikai dalam kasus tertentu.”
Yang menarik, Syaikh Aiman mengaku sebenarnya ia telah memutuskan untuk tidak lagi berbicara masalah fitnah yang terjadi di antara mujahidin di Syam. “Saya telah memutuskan untuk mencukupkan diri dalam berbicara terkait masalah fitnah yang terjadi antara mujahidin di Syam.” Namun, atas seruan Syaikh Hani As-Sbai’i, akhirnya penerima tongkat estafet Al-Qaidah setelah Syaikh Usamah syahid itu kembali angkat bicara.
Berikut ini terjemah komplit pernyataan orang nomor satu Al-Qaidah tersebut, yang transkripnya kami unduh dari sini.
Bismillahirrahmanirrahim,
Shalawat dan salam kepada Rasulullah, kepada keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya, saudara kaum Muslimin di manapun Anda berada, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya telah memutuskan untuk mencukupkan diri dalam berbicara terkait masalah fitnah yang terjadi antara mujahidin di Syam, sampai saya mendengar seruan dari saudara saya Syaikh DR. Hani As-Siba’i (semoga Allah menjaganya dari segala kejelekan). Maka, setelah bermusyawarah dan beristikharah, saya memutuskan untuk berbicara kembali tentang permasalahan ini (fitnah Suriah) secara umum dan menjawab apa yang beliau tanya kepada saya secara khusus dalam pernyataan beliau tertanggal 25 Jumadil Ula 1435h, yang disiarkan oleh radio Al-Maqrizi.
Maka saya katakan, saya memutuskan untuk berbicara dalam masalah ini karena dua sebab:
- Syaikh Hani As-Siba’i menyebutkan bahwa bisa saja jawaban saya kali ini bisa menjadi penyebab padamnya api fitnah antara para mujahidin, dan saya tidak keberatan jika saya menyampaikan sebuah pernyataan yang bisa saja dengannya Allah menghentikan darah para mujahid yang tertumpah.
- Karena ini merupakan hak bagi Syaikh Hani As Siba’i untuk mendapat jawaban dari saya atas dasar ukhuwah. Saya akan membagi pernyataan saya ini pada 3 hal:
- Kesaksian,
- Perintah dan Seruan,
- Peringatan dan Nasehat.
Adapun kesaksian, terkait hubungan ISIS dan Amirnya Abu Bakar Al-Husaini Al-Baghdadiy Hafidhohullah dengan tandhim Al-Qaidah.
Maka dengan mengucap Bismillah saya katakan ini adalah kesaksian dari saya yang saya pertanggungjawabkan kepada Allah: bahwa sesungguhnya ISIS adalah cabang dari Al-Qaidah dan saya ingin menjelaskan di sini beberapa perincian:
- Saat Daulah Islamiyah Iraq (ISI) berdiri tanpa meminta restu dari Al-Qaidah yang saat itu dipimpin oleh Imam Al-Mujaddid Syaikh Usamah bin Ladin Rahimahullah, mereka tidak meminta restu bahkan juga tidak meminta pendapat, bahkan terlintas saja pun tidak. Maka kemudian, Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir mengirim surat kepada Komando Umum Qiyadah Al-Qaidah yang membenarkan adanya pendirian ISI, dan menegaskan di dalamnya Wala’ dari Daulah (ISI) untuk Al-Qaidah.
- Selanjutnya, ikhwah di Majelis Syuro Mujahidin telah membuat perjanjian dengan Syaikh Asy Syahid Abu Umar Al-Baghdadi bahwa Amirnya adalah Syaikh Usamah bin Ladin, dan ISI berafiliasi kepada Al-Qaidah. Akan tetapi, mereka berpendapat hanya memberitahu hal ini kepada beberapa ikhwah saja dan tidak menyebarkannya dikarenakan pertimbangan politis Iraq saat itu.
- Komando umum Al-Qaidah dan ISI bekerja sama atas dasar kaidah ini, yaitu ISI adalah bagian dari Al Qaidah, contohnya:
a. Surat-surat yang ditebitkan oleh Amerika yang mereka dapatkan di rumah Syaikh Usamah dengan nomor SOCOM-2012-0000011 ORIG itu adalah surat dari Syaikh Athiyatullah Al-Libiy ke Syaikh Musthafa Abul Yazid. Di dalamnya, Syaikh Athiyatullah menegaskan kepada Syaikh Abul Yazid untuk menulis arahan yang tegas kepada Al -Karumi (Abu Hamzah Al-Muhajir) dan Abu Umar Al-Baghdadi dan pengikutnya karena khawatir terjadinya kesalahan dalam manuver politik yang dilakukan oleh mereka
b. Syekh Abu Bakar Al-Baghdadi, semoga Allah memberinya taufiq, diangkat menjadi Amir ISI tanpa seizin Komando Umum. Syaikh Athiyatullah Al-Libiy mengirimkan surat kepada ISI tertanggal 7 Jumadil Ula 1431 yang isinya :
“Kami mengusulkan kepada saudara-saudara kami yang mulia di Komando ISI, untuk membuat Komando Sementara sampai Musyawarah selesai dan baiknya mereka tidak tergesa-gesa dalam menentukan pimpinan, selama tidak ada penghalang atau kebutuhan mendesak untuk menentukan Amir baru yang tetap. Sampai, mereka mengusulkan beberapa nama dan profil masing-masing mereka (nama, biografi singkat, keahlian, dan lain-lain yang nantinya akan kami kirimkan ke Syaikh Usamah agar beliau dapat memberikan pendapat kepada kalian).”
c. Syaikh Usamah mengirim surat kepada Syaikh Athiyatullah tertanggal 24 Rajab 1431 yang isinya :
“Saya ingin sekali kamu memberikan kepada kami keterangan yang lengkap tentang saudara kita Abu Bakar Al-Baghdadi yang telah ditunjuk sebagai pengganti Abu Umar Al-Baghdadi, begitu juga dengan keterangan lengkap tentang wakilnya, Abu Sulaiman An-Nashir dan lebih baik kamu bertanya ke banyak sumber dari kalangan saudara-saudara kita yang kamu tsiqah dengannya. Sehingga, perkara ini menjadi jelas dan gamblang bagi kita”
Ini adalah surat yang diambil oleh Amerika dari kediaman Syaikh Usamah dan diterbitkan dengan nomor SOCOM-2012-0000019 Orig.
d. Syaikh Athiyatullah rahimahullah membalas surat Syaikh Usamah tertanggal 5 Sya’ban 1431H:
“InsyaAllah kami akan meminta keterangan tentang Abu Bakar Al-Baghdadi dan wakilnya Abu Sulaiman An-Nashir liddinillah. Dan akan kami upayakan mendapat maklumat sedetail mungkin.”
e. Kemudian Syaikh Athiyatullah mengirimkan surat ke Departemen Informasi ISI tertanggal 20 Syawal 1431 yang isinya :
“Para masyayikh meminta dari kalian (ISI) untuk memberikan informasi tentang biografi masyayikh kalian, para komandan yang baru (semoga Allah memberikan taufiq, dan menolong kalian: Abu Bakar Al-Baghdadi, wakilnya, Menteri Perang, dan apabila kalian berkenan, komandan-komandan lainnya, beserta jajarannya. Bisa saja kalian mengabari “masyayikh” kalian (Kabinet baru ISI), mudah-mudahan mereka sendiri yang menulis biografi mereka dan merekamnya dalam bentuk audio.”
f. Perwakilan dewan syuro ISI menjawab surat tersebut pada awal Dzulqo’dah 1431 sebagai berikut:
“Saudaraku yang mulia, surat kalian yang tertanggal Rajab 1431 telah sampai kepada kami, begitu juga dengan surat sebelumnya yang di dalamnya ada beberapa arahan dari para masyaikh yang mulia tentang keadaan Daulah / ISI dan tidak terburu-buru dalam menentukan Amir yang baru. Akan tetapi surat itu baru sampai kepada kami setelah pengumuman Amir baru.
Walau bagaimana pun, keputusan saudara-saudara di sini (ISI) sejak awal, adalah senantiasa mengabarkan kepada para Masyayikh tentang realita atau keadaan sebenarnya di sini. Kami memberitahukan kepada kalian masyayikh kami dan para Ulil Amri kami yang mulia bahwa Daulah kalian di negeri Iraq dalam keadaan baik-baik saja dan tetap kokoh.
Para masyayikh kami yang mulia, setelah terbunuhnya kedua Syaikh (Abu Umar Al-Baghdadi dan Abu Hamzah Al-Muhajir), teman-teman di majelis syura berusaha untuk tidak terburu-buru mengumumkan Amir yang baru, sampai adanya mandat dari kalian. Tentunya setelah dapat dipastikan komunikasi berjalan aman. Akan tetapi, kami tidak bisa memperpanjang masa tunggu kami, karena beberapa sebab. Sebab yang terpenting adalah musuh yang senantiasa menunggu baik dari dalam maupun dari luar.
Para ikhwah di sini, di antaranya Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadiy dan Majelis Syura, sepakat untuk mereka tidak mempermasalahkan kalau imarah ini bersifat sementara.Bahkan jika para masyayikh (Qiyadah Al-Qaidah Pusat) mengutus seseorang untuk menjadi Amir, tidak masalah bagi kami (jika ternyata hal yang seperti itu mendatangkan maslahat), dan semua yang ada di sini akan menjadi tentara baginya yang wajib taat dan mendengar kepadanya, dan keiltizaman ini sudah disepakati oleh Majelis Syuro dan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi.
g. Setelah tersiar kabar Syahidnya Syaikh Usamah, Syaikh yang Mulia Abu Bakar Al-Baghdadi mengeluarkan bayan yang isinya “Dan sesungguhnya saya yakin se-yakin-yakinnya bahwa syahidnya Syaikh Usamah tidak akan berdampak apapun terhadap para mujahidin kecuali mereka akan bertambah kokoh dan teguh. Saya katakan kepada saudara-saudara saya di tandhim Al-Qaidah, terutama Syaikh Aiman, dan saudara-saudaranya di Qiyadah, ‘Semoga Allah membesarkan pahala kalian dan semoga Allah memberi kebaikan dalam masalah ini. Berjalanlah di atas barokah Allah sesuai pendapat kalian dan berilah kabar gembira bahwa kalian di ISI memiliki para tentara yang setia, yang berjalan di atas kebenaran, mereka tidak berhenti dan tidak akan mengundurkan diri. Dan demi Allah, darah harus dibalas dengan darah, kehancuran harus dibalas dengan kehancuran’.”
h. Setelah pernyataan di atas, bagian korespondensi ISI mengirimkan surat kepada Syaikh Athiyatullah tertanggal 20 Jumadil Tsaniyah 1432 yang isinya:
“Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi mewasiatkan agar kami tetap tenang dengan keadaan yang di sini. Keadaan sudah mulai membaik, berkembang dan kokoh,segala puji bagi Allah. Dan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi meminta pendapat kalian tentang hal yang seharusnya–menurut kalian–saat pengumuman Amir Al-Qaidah yang baru, apakah ISI memperbarui baiatnya secara terang-terangan atau secara diam-diam seperti yang sudah lalu? Hal ini, agar kalian mengetahui bahwa saudara-saudara di sini adalah anak panah kalian di dalam wadahnya dan hubungan mereka (ISI) dengan kalian (Al-Qaidah) sebagaimana yang dikatakan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi dalam keterangannya yang lalu, darah dibalas dengan darah, kehancuran dibalas dengan kehancuran.”
i. Setelah saya, menjadi amir sebagai pengganti Syaikh Usamah, Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi memanggil saya dengan sebutan amir. Hingga surat yang terakhir tertanggal 29 Jumadil Ula 1434 H, yang diawali dengan “kepada Amir kami, Asy-Syaikh Al-Mifshol dan ditutup dengan kalimat: telah sampai kepada saya berita bahwa Al-Jaulani mengeluarkan audio yang menjelaskan bahwa dia telah berbaiat kepadamu secara langsung. Ini dia lakukan untuk menjaga dirinya dan orang-orang yang bersamanya dari akibat kesalahan dan musibah yang dia perbuat.
Namun hamba yang fakir ini bersama saudara-saudaranya di Syam berpendapat bahwa masyayikh di Syam berpendapat bahwa masyayikh kami di Khurasan untuk mengumumkan sikap yang jelas dan tidak samar untuk memadamkan konspirasi ini sebelum tertumpahnya darah, dan kami menjadi sebab baru dari terlukanya umat.
Kami memandang segala dukungan terhadap apa yang dilakukan oleh pengkhianat ini (Al-Jaulani) walaupun dilakukan secara tidak langsung, akan menyebabkan terjadinya fitnah yang besar yang akan menyia-nyiakan sebuah proyek yang telah mengorbankan banyak darah kaum muslimin dan penundaan pengumuman sikap yang benar akan berakibat pada terpecahnya shaf kaum Muslimin dan hilangnya wibawa jamaah yang tiada obat setelahnya melainkan akan semakin banyak darah yang tertumpah.”
j. Dan begitu juga dengan surat terakhir yang dikirim oleh Al-Adnani yang ditutup dengan (ditulis oleh hamba yang faqir Abu Muhammad Al-Adnani pada 19 Jumadil Ula 1434 H dengan meminta ampun kepada Allah kemudian kepada umat kemudian kepad amirnya Asy Syaikh DR. Ayman Adzh-Zhawahiri dan Abu Bakar Al-Baghdadi.
k. Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi hadfidzahullah mengirim surat tertanggal 21 Ramadhan 1434H kepada salah satu penanggung jawab jamaah yang isinya: “Kami telah mempelajari risalah terakhir Syaikh Azh-Zhawaihiri dengan 3 tahapan ;
- Tahapan musyawarah bersama komadan ISI yang ada di Syam.
- Tahapan musyawarah bersama para amir di daerah Syam yang mereka adalah anggota majlis Syuro yang ada di sana.
- Mempelajari surat dari sisi syar’i oleh dewan syariat ISI.
Kami tidak memutuskan untuk bertahan kecuali setelah kalian melihat bahwa ketaatan kami pada amir kami adalah maksiat kepada Rabb kami dan menghancurkan mujahidin yang bersama kami terkhusus para muhajirin. Oleh karena itu, kami lebih memilih untuk mentaati Rabb kami dan kami mengedepankan ridha-Nya di atas ridhonya amir.
Tidaklah disebut tidak beradab orang yang menentang perintah amirnya karena dia melihat di dalamnya adanya kebinasaan bagi mujahidin dan kemaksiatan.”
Saya cukupkan dengan contoh-contoh di atas.
2. Terkait sifat keputusan dalam masalah ini, apakah itu perintah dari seorang amir bagi tentaranya atau keputusan dalam perselisihan khusus antar pihak yang bertikai yang mengadu kepada hakim, saya telah jelaskan perkara ini dengan rinci dalam surat saya yang cukup panjang kepada ikhwah saya di ISIS tertanggal 28 Syawal 1434 didalamnya saya menegaskan bahwa ini adalah keputusan seorang amir dalam menyelesaikan permasalahan di antara pasukannya bukan keputusan seorang hakim terhadap dua pihak yang bertikai dalam kasus tertentu.
3. Terkait dengan pertanyaan mengapa Al-Qaidah dan jajaran pimpinannya memuji ISI dan ridho terhadapnya sementara mereka tidak ridho denga ISIS?
Jawaban : Walaupun qiyadah umum Al-Qaidah dan amirnya Syaikh Usamah tidak diminta restu dan pendapat sebelum deklarasi ISI (sebagaimana pendirian ISIS juga tidak meminta restu kepada Qiyadah Al-Qaidah–pent), namun qiyadah mengakui bahwa ada beberapa perbedaan yang mendasar antara ISI dan ISIS yaitu :
a. ISI tidak berdiri di atas fitnah diantara saudara yang mengancam dengan menakut-nakuti yang mengancam akan menumpahkan darah apabila Jabhah Nusrah didukung.
b. ISI tegak setelah syuro yang cukup panjang antara dewan syuro mujahidin dan kabilah-kabilah di sana, sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Hamzah Al-Muhajir kepada kami. Dia adalah orang yang kami percayai kejujurannya karena kami telah lama bergaul dengannya bahwa sesungguhnya ia telah berusaha untuk berkomunikasi setiap jamaah jihad untuk mendirikan daulah. Sementara ISIS hanya bermusyawarah dengan kelompok terbatas di internal jamaah dan JN mengatakan bahwa merek sama sekali tidak dimintai pendapat dalam hal ini (pendirian ISIS).
c. Deklarasi ISIS menjadi sebab penyelewengan yang nyata terhadap perintah qiyadah umum Al-Qaidah bagi pasukannya di Iraq dan Syam (yang memerintahkan–Edt) agar tidak mengumumkan keberadaan Al-Qaidah di Syam. Bahkan arahan umum qiyadah Al-Qaidah adalah tidak mengumumkan imarah apapun pada fase ini. Ini yang ditegaskan oleh Syaikh Usamah secara rinci didalam suratnya kepada Syaikh Athiyatullah Al-Libiy dalam surat yang diterbitkan oleh Amerika dengan nomor SOCOM-2012-0000019 ORIG dan yang hal ini sudah ditegaskan kembali oleh Abu Yahya kepada teman-teman ISIS dan sudah saya tegaskan kembali kepada Abu Bakar Al-Baghdadi dalam surat saya tertanggal 25 Jumadi Tsaniyah 1435 yang di dalamnya saya menulis “apabila kalian menanyakan kepada kami pendapat kami tentang pengumuman daulah maka kami tidak menyetujui kalian.Kami dan saudara-saudara di sini (jajaran petinggi Al-Qaidah) melihat deklarasi negara memiliki bahaya yang lebih besar dibandingkan manfaatnya, selain juga pondasi negara sampai saat ini belum terpenuhi di Syam.”
d. Deklarasi ISIS menimbulkan bencana politik bagi penduduk Syam setelah sebelumnya penduduk Syam berbondong-bondong berdemo mendukung Jabhah Nusrah ketika mereka (JN) dimasukkan oleh Amerika dalam daftar organisasi teroris. Dan dengan deklarasi daulah (ISIS), mereka (JN) menjadi santapan singa. Deklarasi ini juga yang membuat kegoncangan pada organisasi jihad lainnya yang melihat bahwa sesungguhnya daulah (ISIS) berusaha untuk mendominasi mereka tanpa adanya perundingan dan musyawarah
e. Deklasrasi daulah menyebabkan perselisihan yang tajam dalam satu jamaah, sampai terjadi saling membunuh. Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi mengancam dukungan apapun terhadap JN akan menyebabkan pertumpahan darah.
f. Hari ini pertumpahan darah masih berlangsung di Syam. Seandainya ISIS mau menerima keputusan dalam masalah ini dalam rangka untuk menjaga darahnya para mujahidin dan menjauhi fitnah yang akan terjadi, kemudian mereka fokus di Iraq yang masih membutuhkan kekuatan mereka. Seandainya mereka menerima semua ini, dan bertindak atas dasar syuro, mendengar dan taat kepada amir mereka dan tidak membangkang terhadapa amir dan komandan mereka, saya yakin mereka akan menjauhkan kaum muslimin dari pertumpahan darah. Mereka akan membinasakan pemerintahan Rafidhi Shafawi (Syiah–Pent) dan mereka juga akan membantu Ahlus Sunnah di Iraq dengan kekuatan berlipat ganda. Dan segala puji bagi Allah dalam segala keadaan.
Ini adalah persaksian. Setelah itu adalah perintah dan seruan.
Dan saya perintahkan kepada Syaikh Al-Jaulani dan setiap pasukan Jabhah Nusrah dan seruan kepada setiap mujahidin untuk segera mengakhiri segala bentuk peperangan yang menyasar jiwa dan kehormatan antar sesama mujahidin dan kaum muslimin. Hendaklah mereka fokus memerangi musuh Islam dari kaum Ba’ats dan Nushairi dan sekutu mereka para Rafidhah, sebagaimana saya terus meminta kepada mereka agar semuanya berhukum kepada suatu dewan syariah yang independen dalam menyelesaikan perselisihan. Sebagaimana juga saya meminta kepada semuanya untuk berhenti saling lempar tuduhan, hinaan dan menyalakan api fitnah di antara mujahidin di media-media sosial dan hendaklah mereka menjadi kunci-kunci kebaikan dan penutup segala kejelekan.
Sebagai penutup, (inilah) peringatan dan nasehat
Inilah peringatan dan nasehat bagi seluruh mujahidin yang ada di Syam. Hendaklah mereka berhenti menumpahkan darah yang haram. Berhentilah membunuhi komandan jihad dan para masyaikhnya. Cukup, sungguh darah-darah kalian amat sangat mulia dan mahal dan kami berharap darah itu dipersembahkan untuk menolong agama Allah atas musuh-Nya.
Peringatan dan nasehat khusus untuk As-Syaikh yang mulia, Abu Bakar Al-Baghdadi… kembalilah taat kepada amir kalian kembalilah kepada ijtihad para masyaikh dan pemimpin kalian dan orang orang yang telah mendahului kalian di jalan jihad dan hijrah. Fokuslah kalian untuk membantu Iraq yang sedang terluka yang membutuhkan tenaga-tenaga kalian, fokuslah untuk masalah ini! Bahkan (meskipun) kalian merasa dizalimi atau hak kalian terkurangi, hentikanlah pembantaian berdarah dan fokuslah terhadap musuh Islam di Iraq. Perhatikan peringatanku ini demi terjaganya darah kaum muslimin dan terwujudnya persatuan kemenangan atas musuh Allah, walaupu kalian merasa tersakiti dan terzalimi.
Peringatan dan nasehat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi secara khusus, contohlah kakekmu Al-Hassan bin Ali yang menolak umtuk merebut khilafah dan menjaga darah kaum muslimin yang dengan hal itu terwujudlah kabar gembira dari kakekmu nabi Muhammad SAW dalam sabdanya, “Sesungguhnya cucuku ini adalah seorang tuan, semoga Allah melalui perantara dia mendamaikan dua kelompok besar dari kaum muslimin.”
Apakah tidak cukup bagimu kabar gembira ini, apakah engkau tidak ridha dengan keutamaan ini, apakah engkau tidak senang saat kamu mengambil keputusan Allah mengangkat derajatmu di dunia dan di akhirat dengan izin dan taufiknya yang dengannya kamu melawan musuh-musuh Islam di Iraq yang mana membutuhkan berkali lipat untuk mengalahkannya. Dan dengannya engkau memadamkan api fitnah di tubuh kaum musimin dan mengembalikan rasa cinta dan persaudaraan kepada mereka
Bertakwalah kepada Allah dan engkau akan mendapati mujahidin dan pendukung jihad sebagai penolong dan tempat bersandar dan memberi kekuatan.
Wahai Syaikh yang mulia, teladaniah pamanmu dan jadilah sebaik-bauk kholaf bagi sebaik baik kholaf da kembalikanlah pengaruh-pengaruh rumah nubuwwat niscaya kamu akan beruntung di dunia dan di akihrat dengan taufik dari Allah.
Terakhir, alhamdulillahirabbil’alamin.
sumber : Arju Khoiro/Hamdan/kiblat.net