JAKARTA (Arrahmah.com) – Polisi ingin menakut-nakuti ummat Islam Indonesia dengan mengait-ngaitkan aksi solidaritas Muslim Indonesia untuk muslim Rohingya, Myanmar dengan isu “terorisme”.

Padahal isu Myanmar sudah sejak lama dibahas FUI dan FPI serta MMI, begitu pesan singkat oleh  Habib Rizieq Syihab, Ketua Umum Front Pembela Islam, kepada arrahmah.com melalui ponsel.

Membenarkan pernyataannya, Habib Rizieq mengatakan bahwa keprihatinan terhadap Muslim Rohingya telah diperlihatkan oleh seorang Ustadz yang ditahan dalam penjara thagut di Nusa Kambangan.

“Sejak setahun lalupun ustadz Abu Bakar Ba’asyir sudah menyorotinya dengan sangat serius hingga menyurati Dubes Myanmar .  Jadi isu Myanmar merupakan murni perhatian serius gerakan Islam.”

Surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar Myanmar itu memuat tiga tuntutan ummat Islam yang disuarakan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk membela Muslim Rohingya.  Pertama, hentikan kedzaliman berupa pengusiran, pembantaian terhadap ummat Islam di Myanmar.  Kedua, berikan mereka kebebasan untuk memeluk Islam dan menjalankan ibadahnya.  Ketiga, Jangan ada lagi diskriminasi terhadap ummat Islam.

Bila tuntutan tersebut tak juga dilaksanakan, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menegaskan, mujahidin akan segera menghancurkan Myanmar sebagaimana hancurnya Rusia.  “Dengan izin Allah pula kami bisa memperlakukan Anda dan rakyat Anda seperti negara sosialis komunis Rusia yang hancur berkeping-keping atau Amerika yang sebentar lagi akan binasa (Insya AllAh).”

“Kami tak ingin mendengar tangisan saudara-saudara Muslim kami di buminya Allah negeri kalian dan negerinya ummat Islam yang tinggal di sini, kami tidak ridho setetes darah pun tertumpah dari kaum muslimin,” lanjut Ustadz Abu bakar Ba’asyir dalam suratnya.

Muslim Rohingya di Arakan, Myanmar kini membutuhkan solidaritas Jihad dari kaum muslimin dimanapun berada.  Sebagaimana dikatakan oleh Dr. Yunus, pemimpin muslim Rohingya Arakan, bahwa muslim di sana dibunuh, diperangi, diusir, disiksa oleh orang Buddha karena laa ilaha illa Allah, dan mereka hari ini membutuhkan senjata untuk melawan, berjihad fi sabilillah.

Lebih jauh Habib Rizieq mengutarakan: “FUI dan FPI serta MMI  sepakat, karena PBB dan ASEAN serta OKI sudah tidak mampu menekan Myanmar, maka jihad adalah jawabannya.  Tidak ada hubungannya dengan terorisme.  Soal penangkapan terduga teroris yang dihubung-hubungkan dengan rencana pemboman Kedubes Myanmar itukan versi Densus 88.”  (azmuttaqin/arrahmah.com)