Jum'at, 28 Jumadil Akhir 1447 H / 19 Desember 2025 17:17 wib
142 views
Menyia-nyiakan Umur Menyesal di Alam Kubur
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah ﷺ dan keluarganya.
Hidup seseorang adalah umurnya. Dan umur seseorang, sejatinya, kepingan-kepingan waktu. Berlalu satu berarti hilang sebagian darinya. Siapa yang sia-siakan waktunya, berarti ia sia-siakan umur. Siapa yang sia-siakan umurnya maka ia hancurkan hidupnya sehingga akan merasakan penyesalan dan kesengsaraan yang berkepanjangan.
Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan,
ابْنَ آدَمَ، إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ، كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya’, 2: 148)
Ibnu al-Qayyim رحمه الله berkata:
وَقْتُ الإِنْسَانِ هُوَ عُمُرُهُ فِي الْحَقِيقَةِ، وَهُوَ مَادَّةُ حَيَاتِهِ الأَبَدِيَّةِ فِي النَّعِيمِ الْمُقِيمِ، وَهُوَ يَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ، فَمَا كَانَ مِنْ وَقْتِهِ لِلَّهِ وَبِاللَّهِ فَهُوَ حَيَاتُهُ وَعُمُرُهُ، وَغَيْرُ ذٰلِكَ لَيْسَ مَحْسُوبًا مِنْ حَيَاتِهِ، وَإِنْ عَاشَ فِيهِ عَيْشَ الْبَهَائِمِ، فَإِذَا قَطَعَ وَقْتَهُ فِي الْغَفْلَةِ وَالسَّهْوِ وَالأَمَانِيِّ الْبَاطِلَةِ، وَكَانَ خَيْرُ مَا قَطَعَهُ بِهِ النَّوْمُ وَالْبَطَالَةُ، فَمَوْتُ هٰذَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ حَيَاتِهِ
“Waktu seseorang pada hakikatnya adalah umurnya. Ia merupakan modal untuk kehidupannya yang abadi dalam kenikmatan yang kekal. Waktu berlalu secepat awan yang melintas. Maka waktu yang diisi karena Allah dan bersama Allah itulah yang benar-benar menjadi kehidupan dan umur seseorang. Adapun selain itu, tidak terhitung sebagai bagian dari hidupnya, meskipun ia menjalaninya seperti kehidupan hewan.
Jika seseorang menghabiskan waktunya dalam kelalaian, kelengahan, dan angan-angan kosong, sementara bagian terbaik dari waktunya hanyalah untuk tidur dan bermalas-malasan, maka kematian orang seperti ini lebih baik baginya daripada kehidupannya.”
Sesungguhnya orang yang tidak memanfaatkan umur dan waktunya untuk menaati Rabb-nya akan mengalami penyesalan yang panjang. Ketika sakaratul maut datang kepadanya, ia akan berharap dapat kembali ke dunia untuk mengerjakan amal-amal shaleh. Namun harapan itu tidak akan terwujud, karena waktu yang telah ditentukan baginya telah berakhir dan saat kepergiannya telah tiba.
Allah Ta‘ala berfirman:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Hingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, ia berkata: ‘Ya, Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada alam barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun: 99–100)
Orang-orang yang menyia-nyiakan waktu dan umur mereka akan merasakan penyesalan dan kesedihan yang berkepanjangan ketika mereka telah menjadi penghuni kubur. Pada saat itu, keluarga dan harta yang dahulu mereka miliki telah meninggalkan mereka, dan tidak ada yang menemani mereka kecuali amal perbuatan mereka.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Jenazah diikuti oleh tiga perkara: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua di antaranya akan kembali, dan satu akan tetap tinggal. Keluarganya dan hartanya kembali, sedangkan amalnya tetap bersamanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Penyesalan orang-orang yang menyia-nyiakan waktu mereka akan semakin bertambah dalam kehidupan alam barzakh. Hal itu terjadi ketika mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri apa yang telah Allah Ta‘ala siapkan berupa azab yang pedih bagi orang-orang yang durhaka di dalam kubur mereka, serta kenikmatan yang Dia sediakan bagi orang-orang yang taat kepada-Nya. Sebab, kubur itu adakalanya menjadi “taman dari taman-taman surga, atau lubang dari lubang-lubang neraka”, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi.
Allah Ta‘ala juga berfirman:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ * حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ * كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ * ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ * كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ * لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ * ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ * ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Bermegah-megahan telah melalaikan kalian, sampai kalian masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui. Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kalian mengetahui dengan pengetahuan yang pasti, niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim. Kemudian kalian benar-benar akan melihatnya dengan penglihatan yang nyata. Kemudian pada hari itu kalian benar-benar akan ditanya tentang segala kenikmatan.” (QS. At-Takatsur: 1–8)
Karenanya, kita lihat para salaf sangat perhatian kepada waktu. Tidak memebiarkannya berlalu sia-sia. Mereka tahu, nilai hidup mereka ditentukan oleh perjalanan waktu.
Ibnu Mas‘ud رضي الله عنه berkata:
مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ، نَقَصَ فِيهِ أَجَلِي، وَلَمْ يَزْدَدْ فِيهِ عَمَلِي
“Aku tidak pernah menyesali sesuatu sebagaimana penyesalanku terhadap satu hari ketika mataharinya telah terbenam, umurku berkurang karenanya, namun amalanku tidak bertambah.”
Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله berkata tentang keadaan generasi salaf:
أَدْرَكْتُ أَقْوَامًا كَانُوا عَلَى أَوْقَاتِهِمْ أَشَدَّ حِرْصًا مِنْكُمْ عَلَى دَرَاهِمِكُمْ وَدَنَانِيرِكُمْ
“Aku mendapati suatu kaum yang lebih menjaga waktu-waktu mereka dibandingkan kalian menjaga dirham dan dinar kalian.”
Ibnu Al-Jauzi رحمه الله berkata:
يَا بْنَ آدَمَ، يَا مَنْ أَيَّامُ عُمُرِهِ فِي حَيَاتِهِ مَعْدُودَةٌ، وَجِسْمُهُ بَعْدَ مَمَاتِهِ مَعَ دُودَةٍ، وَمَعَ ذَلِكَ لِجَهْلِ الْإِنْسَانِ يَفْرَحُ بِمُرُورِ الْأَيَّامِ، وَانْقِضَاءِ الْأَعْوَامِ
“Wahai anak Adam, wahai orang yang hari-hari umurnya di dunia ini terhitung, dan jasadnya setelah kematiannya akan bersama cacing; namun karena kebodohan manusia, ia justru bergembira dengan berlalu dan habisnya hari-hari serta tahun-tahun.”
Ibnu Al-Qayyim رحمه الله berkata:
ضِيَاعُ الْوَقْتِ أَشَدُّ مِنَ الْمَوْتِ؛ لِأَنَّ الْمَوْتَ يَحْجُبُكَ عَنِ النَّاسِ، وَضِيَاعُ الْوَقْتِ يَحْجُبُكَ عَنِ اللَّهِ وَالدَّارِ الْآخِرَةِ
“Menyia-nyiakan waktu lebih berat daripada kematian; karena kematian memutuskanmu dari manusia, sedangkan menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat.”
Karenanya, mari bersungguh-sungguh mengatur waktu kita sehingga ‘dipasitkan’ tidak berlalu satu detik saja kecuali menambah catatan kebaikan untuk kita. Bukan sebaliknya. Saat ajal telah datang, kita tidak termasuk orang-orang menyesal dan merugi; meminta untuk dikembalikan ke dunia untuk beramal shalih. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!