Sabtu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 10 Januari 2015 17:09 wib
25.079 views
Penghina Nabi Pantas Dihukum Mati
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Menghina utusan Allah, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi tidak seperti menghina manusia lainnya. Menghina beliau sama saja dengan menghina Allah sebagai Dzat yang mengutusnya, berarti juga menghina Islam yang dengannya dia diutus. Jika demikian, wajarkah apabila umat Islam bangkit berdiri memprotes dan melawan para pencela Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Allah Ta'ala berfirman:
وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ
"Jika mereka merusak sumpah (janji)-nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti." (QS. Al-Taubah: 12)
Dalam ayat di atas, Allah menyebut orang yang mencerca agama sebagai gembong kekafiran. Tentu saja predikat ini lebih buruk dari sekedar kekafiran belaka. Karenanya, sebagian ulama menjadikan ayat di atas sebagai dalil untuk menyatakan wajibnya membunuh setiap orang yang mencaci agama.
Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan dalam tafsirnya, "dari ayat ini diambil dasar hujjah (argumentasi) untuk membunuh orang yang mencerca Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam, atau orang yang mencerca agama Islam atau mencelanya."
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menjuluki mereka sebagai gembong kekafiran dikarenakan cercaan mereka terhadap agama. Maka pastilah, bahwa setiap orang yang mencerca agama adalah gembong kekafiran." (Ash-Sharimul Maslul, Ibnu Taimiyyah, hlm. 17, 512, 546)
Beliau berkata lagi, "Sesungguhnya pembunuhan atas orang yang mencela Nabi, meskipun pencela itu telah dibunuh, ia tetap kafir. Pembunuhan merupakan salah satu bentuk hukuman di dalam Islam. Pembunuhan itu ditegakkan atasnya bukan hanya dikarenakan kekafirannya dan penyerangannya saja. Karena hadits-hadits menunjukkan bahwa perbuatan itu merupakan tindakan yang melebihi kekafiran dan penyerangan, dan bahwa para sahabat telah memerintahkan hukum bunuh atas perbuatan seperti itu. Sungguh, telah tetap tentang hukum bunuh atas perbuatan seperti itu berdasarkan sunnah dan ijma' kaum muslimin." (Lihat Fatwa Mati Buat Penghujat (edisi indonesia), Abdul Min'im Mushthafa Halimah, hal. 12)
. . . Membunuh pencela Nabi dibenarkan oleh Sunnah dan ijma' ulama. . .
Penjelasan ini akan semakin lengkap dan kuat dengan beberapa kisah berikut ini:
1. Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, beliau menuturkan, pernah ada seorang lelaki buta memiliki seorang budak wanita, dan budak ini mengandung anaknya. Ia sering sekali mencaci Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan mencelanya. Lelaki tadi melarangnya, namun wanita tersebut tidak mau berhenti; dan dia mencegahnya, namun budak wanita tadi tidak bisa dicegah. Kemudian pada suatu malam wanita tadi mencela Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan mencacinya. Maka si lelaki tadi mengambil Mighwal (pedang tipis) dan meletakkannya di atas perut wanita tadi, lalu menindihnya sehingga dia terbunuh. Tapi bersamaan dengan kematiannya, bayi yang ia kandung keluar dari kedua selangkangan kakinya. Farji perempuan itu penuh dengan darah. Esoknya, kejadian itu disampaikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu beliau mengumpulkan para sahabatnya dan bersabda, "Aku bersumpah kepada Allah untuk mencari lelaki yang telah melakukan apa yang dilakukannya, dan aku berkewajiban untuk menghukumnya, kecuali jika dia memberikan hujjah."
Kemudian seorang lelaki buta datang dan berjalan melewati orang-orang dengan badan gemetar sehingga ia duduk di hadapan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sejenak dia berkata, "Ya Rasulullah, aku-lah pemilik budak itu. Dia selalu mencaci dan mencelamu. Telah kularang dia, tapi tetap saja dia tidak mau berhenti. Dan telah kucegah dia, tapi dia tidak dapat dicegah. Aku memiliki dua orang anak dari hubunganku dengannya seperti dau buah permata, dan dia pun sangat sayang padaku. Namun semalam, dia kembali mencaci dan mencelamu. Lalu kuambil pedang dan kuletakkan di atas perutnya. Kemudian kutindih dia sehingga dia mati terbunuh."
Mendengar kesaksiannya, maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda; "Saksikanlah oleh kalian semua bahwa darahnya tumpah sia-sia." (HR. An-Nasa'i dan Abu Dawud)
2. Ibnu 'Abbas berkata, "Seorang wanita dari kabilah Khathamah, bernama Asma' binti Marwan, mengejek Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melalui syairnya. Mendengar ejekan tadi, Nabi berkata kepada para sahabatnya, "Siapa yang siap menyelesaikan urusan wanita itu untukku?" Seorang lelaki bernama Umair bin Adi bin Al-Khatami berdiri, "saya"
Lalu ia pergi mencari wanita tadi dan lalu membunuhnya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia langsung kembali dan melaporkan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Beliaupun kemudia bersabda, "Kambing betina sudah tidak bisa lagi menanduk."
Umair lalu menuturkan, "Lalu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpaling kepada para sahabat yang ada di sekelilingnya, dan kemudian berkata, "Apabila kalian ingin melihat seorang lelaki yang menolong Allah dan Rasul-Nya secara diam-diam dan tidak diketahui orang, maka lihatlah kepada Umair bin Adi." (Disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dalam Ash-Sharim Al-Maslul, hlm. 95)
3. Nabi Shallallahu 'Alihi Wasallam pernah bersabda; "Siapa yang bersedia membereskan Ka'ab bin Asyraf? Dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya!" Maka berdirilah Muhamamd bin Maslamah dan berkata, "Apakah engkau suka bila aku membunuhnya, Wahai Rasulullah? Beliau menjawab, "Ya". (Muttafaqun 'Alaih)
4. Abu Bakar Ash-Shiddiq menulis surat kepada Muhajir bin Abu Rabi'ah, berkenaan dengan perkara seorang wanita yang menyanyikan sya'ir berisi penghinaan terhadap Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam (Setelah beliau wafat). Surat itu berbunyi, "Seandainya engkau tidak mendahuluiku membereskannya, niscaya aku akan memerintahkan kamu untuk membunuhnya. Karena hukum pidana atas orang yang menghina para nabi tidaklah serupa dengan hukum pidana yang lain. Barangsiapa yang berani melakukan penghinaan terhadap Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka dia menjadi murtad apabila dia seorang muslim, dan menjadi kafir harbi yang khianat, apabila dia seorang kafir dzimmi."
Imam Mujahid menuturkan, "Suatu ketika, seorang lelaki yang mencaci Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dibawa di hadapan Umar bin Khaththab, lantas Umar membunuhnya. Setelah itu dia berkata, "Barangsiapa yang mencaci Allah atau mencaci seorang nabi, maka bunuhlah dia." (Dinukil dari kitab "Fatwa Mati Buat Penghujat", Abu Bashir, hlm. 49)
"Barangsiapa yang mencaci Allah atau mencaci seorang nabi, maka bunuhlah dia," Umar bin al-Khathab.
Penutup
Beberapa hari ini dunia dikagetkan dengan aksi heroic 2 pemuda muslim yang membalaskan penghinaan terhadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Tidak tanggung-tanggung 12 orang kafir pencela Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dieksekusi mati pada Rabu, 7 Januari 2015.
Di antara korban tersebut adalah redaktur Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier, kartunis terkenal Prancis, Cabu, Tignous, dan Wolinski serta ekonom Prancis Bernard Maris.
Memang pantas, para pencela Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dihukum mati. Celaan dan hinaan itu hakikatnya tidak berhenti pada pribadi Nabi, tapi juga penghinaan kepada Dzat yang memilih dan mengutusnya. Ajaran Islam yang dibawanya juga -secara tidak langsung- dilecehkan. Begitu juga umat Islam yang mengimani kerasulanya ikut dicela.
Sebagaimana diketahui, Charlie Hebdo adalah majalah satire prancis yang kerap menghina Islam dan melecehkan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam melalui kartun-kartun mereka.
Serangan tersebut merupakan reaksi keimanan dua bersaudara Said Kouachi dan Cherif Kouachi atas penghinaan tauladan terbaik mereka. Dikabarkan keduanya telah gugur saat polisi antiteroris menyerbu tempat persembunyiannya, Jumat petang waktu setempat (09/01). Semoga Allah menganugerahkan kesyahidan kepada keduanya. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!