Selasa, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 26 Maret 2013 16:32 wib
76.819 views
Sakit; Tanda Cinta Allah Kepada Hamba
Oleh: Badrul Tamam
Al-hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam terlimpah kepada Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Musibah itu datangnya dari Allah Ta'ala. Terkadang ia menjadi bukti kecintaan-Nya kepada seorang hamba. Ia laksana obat, walaupun pahit ia akan meminumnya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dalam hadits Shahih disebutkan,
إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
"Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa yang ridha (terhadapnya) maka baginya keridhaan Allah, dan siapa yang marah (terhadapnya) maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah) Karenanya, orang yang paling banyak menerima musibah adalah para nabi dan rasul. Dengan itu, Allah mengangkat derajat mereka, meneguhkan kebenaran mereka, dan menjadikan mereka sebagai teladan bagi semua mahluk.
Di antara musibah yang Allah timpakan kepada hamba dalah sakit. Seorang mukmin melihatnya sebagai sebab yang menghapuskan dosa-dosanya. Penyakit-penyakit yang menimpanya sebagai kafarat (penebus) atas kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan.
Allah Ta'ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Al-Syuura: 30)
Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhuma, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا يُصيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ ، وَلاَ حَزَنٍ ، وَلاَ أذَىً ، وَلاَ غَمٍّ ، حَتَّى الشَّوكَةُ يُشَاكُهَا إلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَاياهُ
"Tidak ada sesuatu yang menimpa seorang muslim berupa rasa capek, sakit, cemas, sedih, gangguan, dan rasa susah; sampaipun duri yang mengenainya kecuali Allah akan menjadikannya sebagai kafarah (penghapus) dari kesalahan-kesalahannya." (HR. al-Bukhari dan muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا يَزَالُ البَلاَءُ بالمُؤمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ في نفسِهِ ووَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى الله تَعَالَى وَمَا عَلَيهِ خَطِيئَةٌ
"Tidaklah seorang mukmin dan mukminan tertimpa musibah pada dirinya, anaknya dan hartanya sehingga ia berjumpa Allah Ta'ala tidak membawa satu kesalahanpun." (HR. Al-Tirmidzi. Beliau berkata: hadits hasan shahih)
Dalam al-Shahih disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah menjenguk seorang badui yang sedang sakit. Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila menjenguk orang sakit beliau berkata padanya,
لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
"Tidak apa-apa, Insya Allah Suci (dari dosa-dosa dan kesalahan)." Sang badui tadi menyahut, "Engkau mengatakan suci! Oh Tidak, tetapi ia itu demam tinggi atas orang tua yang menghantarkannya ke kubur." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, "kalau begitu ya." Maksudnya: bagimu apa yang engkau inginkan dan engkau takut mati.
Sakit adalah sebab untuk memperoleh pahala besar dan derajat tinggi di sisi Allah. Syaratnya, apabila orang tersebut bersabar dan ridha dengan apa yang menimpanya serta meminta pahala kepada Allah atas apa yang menimpanya tersebut..
Sakit juga bisa mendekatkan seorang hamba kepada Tuhan-nya dan menjadi sebab turunnya ampunan dan rahmat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam hadits qudsi; Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla akan berfirman pada hari kiamat, "Wahai anak Adam, Aku sakit engkau tidak menjengukku." Ia berkata: Wahai Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam. Allah menjawab, "Tidakkah kamu tahu hamba-Ku si fulan sakit dan engkau tidak menjenguknya. Tidakkah kamu tahu jika kamu menjenguknya kamu dapati aku ada di sisi-Nya." (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ ، يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، حِينَ يُعْطَى أَهْلُ الْبَلاَءِ الثَّوَابَ ، لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بالْمَقَارِيضِ
"Orang-orang yang sehat saat melihat pahala yang diberikan kepada ahlul bala' (banyak dapat musibah) nanti di hari kiamat berkeinginan kalau saja kulit-kulit mereka dipotong dengan gunting saat di dunia." (HR. al-Tirmidzi dan dihassankan Syaikh Al-Albani) tujuannya agar mendapatkan pahala yang didapatkan oleh orang-orang yang tertimpa banyak musibah di dunia.
Dari Abu Musa al-Asy'ari, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Apabila meninggal anak seorang hamba, maka Allah berfirman kepada malaikat-Nya, 'kalian telah ambil anak hamba-Ku?' Mereka menjawab, 'Ya'.
Lalu Allah berfirman, 'Kalian telah ambil buah hatinya?' Mereka menjawab, 'Ya'.
Allah berfirman, 'apa yang dikatakan hamba-Ku?' Mereka menjawab, 'Ia memuji-Mu dan beristirja." Maka Allah berfirman, 'Bangunkan satu rumah untuk hamba-Ku di surga, dan namai rumah itu bait al-Hamd (rumah pujian)'." (HR. Al-Tirmidzi. Beliau berkata: hadits hasan)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاءِ،وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاهُمْ،فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا،وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
"Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya, apabila Allah suka kepada suatu kaum maka Allah berikan cobaan kepada mereka; siapa yang ridha maka bainya keridhaan (Allah) dan siapa yang marak baginya kemurkaan (Allah)." (Al-Tirmidzi)
Sakit juga bisa melenyapkan sifat sombong dan banga diri dari hati pencari ridha Allah. Ibnul Qayyim berkata, "Kalau tidak ada cobaan dan musibah dunia niscaya seorang hamba akan tertimpa penyakit sombong, ujub, congkak, dan kerasnya hati yang semua itu adalah sebab kehancurannya di dunia dan akhirat."
Saat Harun al-Rasyid sakit dan tidur di atas kasur kematiannya maka ia melihat kepada kebesaran dan hartanya, lalu berkata: "Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaanku dariku!!" kemudian ia berkata: aku ingin melihat kuburku yang aku akan ditimbun di dalamnya. Lalu ia dibawa kekuburannya. Harun melihat ke kuburan dan menangis. Lalu ia memandang ke langit seraya berkata: Wahai Dzat yang tak akan hilang kekuasaan-Nya, rahmati orang yang kekuasaannya telah hilang!" Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!