Ibadah Tidak Boleh Dicampur Syirik
Allah, Dzat yang Mahabenar dan Maha tinggi, berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Seandainya mereka (para Nabi-nabi terdahulu) mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al An'am: 88)
Dan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
"Aku adalah sekutu yang paling kaya, tidak butuh pada persekutuan. Siapa yang melakukan satu amalan, di dalamnya dia menyekutukan Aku dengan yang lain, pasti Aku tinggalkan dia dan sekutunya." (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Dien Islam dibangun di atas dua landasan dasar. Yaitu merealisasikan syahadat Laa Ilaaha Illallaah dan syahadat Muhammad Rasuulullaah.
Dien Islam dibangun di atas dua landasan dasar. Yaitu merealisasikan syahadat Laa Ilaaha Illallaah dan syahadat Muhammad Rasuulullaah. . .
Dasar pertama, janganlah engkau mengangkat tuhan yang lain bersama Allah. Jangan cintai makhluk seperti mencintai Allah. Jangan berharap kepada makhluk sebagaimana berharap kepada Allah. Jangan takut terhadap makhluk sebagaimana takut terhadap Allah. Siapa yang menyamakan makhluk dengan khaliq (pencipta) dalam sesuatu hal, maka dia telah menyamakannya dengan Allah. Dia termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan mereka. Berarti dia telah mengangkat tuhan bersama Allah, walaupun di saat itu dia berkeyakinan Allah adalah Esa, satu-satu pencipta langit dan bumi.
Sesungguhnya kaum musyirikin Arab kala itu menyatakan bahwa Allah adalah Esa, satu-satunya yang mencipta langit dan bumi. Hal ini sebagaimana yang Dia firmankan:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Tentu mereka akan menjawab: 'Allah'." (QS. Luqman: 25)
Bersamaan dengan itu, mereka berbuat syirik dengan menjadikan tuhan lain bersama Allah. Allah berfirman:
أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آَلِهَةً أُخْرَى قُلْ لَا أَشْهَدُ
"Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: 'Aku tidak mengakui'." (QS. Al An'am: 19)
Allah berfirman lagi:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (QS. Al Baqarah: 165) Maka mereka menjadi orang musyrik karena mencintai selain Allah sebagaimana mencintai Allah. Bukan karena mereka berucap: "sesungguhnya tuhan-tuhan kalian telah menciptakan (sesuatu) seperti yang Allah ciptakan." Hal ini sebagaimana yang Allah firmankan: "Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" (QS. Al Ra'du: 16)
Siapa yang menyamakan makhluk dengan khaliq (pencipta) dalam sesuatu hal, maka dia telah menyamakannya dengan Allah.
Ini adalah bentuk istifham inkari (kalimat pertanyaan untuk mengingkari) yang memiliki makna nafyun (meniadakan). Maknanya mereka tidak menjadikan sekutu bagi Allah yang dapat mencipta seperti ciptaan-Nya. Mereka mengakui bahwa sesembahan-sesembahan mereka tidak mencipta seperti ciptaan Allah. Mereka hanya menjadikan sesembahan-sesembahan itu sebagai pemberi syafa'at dan perantara. Allah Ta'ala berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاء شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللّهَ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: 'Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah'." (QS. Yunus: 18)
"Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?.
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?.
Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku." (QS. Yaasin: 22-25)
Dasar kedua: kita menyembah Allah dengan menggunakan syariat-Nya melalui lisan para rasul-Nya. Kita tidak beribadah kecuali dengan sesuatu yang wajib atau yang sunnah, sedangkan amal mubah jika diniatkan ketaatan masuk dalam kategori ini. Dan doa masuk bagian ibadah. Siapa yang berdoa dan beristightsah kepada makhluk, yang sudah mati atau yang ghaib, padahal Allah dan rasul-Nya tidak memerintahkannya dalam bentuk wajib ataupun sunnah, maka dia telah berbuat bid'ah (mengada-adakan hal baru) dalam masalah agama. Dia berbuat syirik kepada Allah, Tuhan semesta alam, dan mengikuti selain jalan kaum mukminin. Siapa yang meminta kepada Allah Ta'ala melalui makhluk-Nya atau bersumpah kepadanya dengan nama makhluk-Nya, maka telah berbuat bid'ah yang tidak pernah Allah turunkan keterangan tentangnya. Jika dia mencela orang yang berusaha meluruskannya dan memusuhinya, maka termasuk orang dzalim, jahil, dan melampaui batas.
kita menyembah Allah dengan menggunakan syariat-Nya melalui lisan para rasul-Nya.
Jika dia menvonis dengan hal itu, sungguh dia telah memutuskan perkara dengan selain yang Allah turunkan. Hukumnya melanggar ijma' kaum muslimin. Dia disuruh taubat dari hukum ini dan dikenai sangsi lebih dibutuhkannya daripada tetap melaksanakannya dan ditolong menegakkannya. Semua perkara ini telah disepakati oleh seluruh kaum muslimin, tidak ada khilaf di dalamnya, baik di kalangan imam madzhab empat atau yang lainnya." (Majmu' Fatawa: 1/108-109)
Siapa yang meminta kepada Allah Ta'ala melalui makhluk-Nya atau bersumpah kepadanya dengan nama makhluk-Nya, maka telah berbuat bid'ah yang tidak pernah Allah turunkan keterangan tentangnya.
Beliau berkata lagi, "Islam mengandung makna istislam (tunduk dan patuh) kepada Allah semata. Siapa yang beristislam kepada-Nya dan kepada selain-Nya, berarti telah musyrik. Siapa yang tidak mau tunduk kepada-Nya, berarti sombong dari ibadah kepada-Nya. Dan orang yang sombong dari beribadah kepada Allah adalah kafir. Beristislam kepada Allah semata mengandung makna beribadah dan taat hanya kepada-Nya. Inilah Dienul Islam yang Allah tidak menerima agama selainnya." (Majmu' Fatawa: 3/91)
Beliau berkata lagi, "seseorang bisa menjadi muslim yang lurus dan bertauhid apabila bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah. Dia beribadah hanya kepada Allah semata dengan tidak menyekutukan-Nya dengan salah seorangpun dalam menyembah, mencintai, beribadah, bertaubat, berislam, berdoa, bertawakkal, berloyal, memusuhi karena-Nya, mencintai sesuatu yang dicintai-Nya dan membenci yang dibenci-Nya, serta mensterilkan kebenaran tauhid dari kebatilan syirik. Ini adalah peniadaan yang diikuti dengan penetapan. Meniadakan ibadah kepada selain Allah dan hanya memberikan ibadah kepada Allah semata. Semua ini adalah bentuk realisasi dari kalimat Laa Ilaha Illallaah. Mengosongkan dan meniadakan hatinya dari segala bentuk penuhanan kepada selain Allah. Lalu menetapkan dan menanamkan dalam hatinya penuhanan untuk Allah semata. Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda dalam sebuah hadits shahih: "Siapa yang mati, sementara dia tahu tiada yang berhak diibadahi kecuali hanya Allah, pasti dia masuk surga." Dalam hadits lainnya, "siapa yang ucapan terakhirnya adalah Laa Ilaaha Illallaah (tiada yang berhak diibadahi kecuali hanya Allah) pasti masuk surga." Dan beliau bersabda dalam Ash Sahih: "Talqinlah (tuntunlah) orang yang mau meninggal (untuk mengucapkan) Laa Ilaaha Illallah." Sesungguhnya hal itu adalah hakikat ajaran Islam. Siapa yang mati di atasnya, dia mati sebagai seorang muslim." (Majmu' Fatawa: 8/369)
Imam Al Syaukani rahimahullah berkata, "tidak cukup hanya mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah tanpa mengaplikasikan maknanya lalu ditetapkan sebagai muslim. Sungguh, kalau orang jahiliyah mengucapakannya tapi tetap menyembah patungnya, maka tidak menjadi orang Islam." (Al Durr al Nadlid fi Ikhlasi Kalimah at Tauhid: 40)
"tidak cukup hanya mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah tanpa mengaplikasikan maknanya lalu ditetapkan sebagai muslim. . . " (Imam Asy Syaukani)
(PurWD/voa-islam)
Tulisan Sebelumnya:
* Perbedaan Ahli Tauhid dengan Musyrik (1)
* Perbedaan Ahli Tauhid dengan Musyrik (2)
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com