Senin, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 2 Juli 2012 12:31 wib
53.578 views
Ustadz Ihsan Tandjung: Bagaimana Nubuwat Indonesia di Akhir Zaman?
JAKARTA (voa-islam.com) - Setelah berbicara tentang tanda-tanda kiamat pada wawancara pertama yang telah dimuat, ustadz Muhammad Ihsan Tandjung melanjutkan dengan pembahasan seputar Ad-Dajjal dan konflik di Timur Tengah.
Selain itu, ustadz Ihsan Tandjung juga memberikan arahan tentang bagaimana umat Islam menghadapi zaman ini, zaman yang begitu dekat dengan hari kiamat. Berikut ini kutipan wawancara dengan beliau usai kajian ilmu "Boleh Jadi Kiamat Sudah Dekat" pada hari Ahad (17/6/2012).
Selain tanda-tanda yang ustadz sebutkan tadi, adakah tanda-tanda lain seperti mengeringnya danau tiberias misalnya?
Iya, danau Tiberias, itu termasuk tanda yang fenomenal sekali. Pelaut Nasrani Arab bernama Tamim Ad-Dari di masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah Allah takdirkan berjumpa langsung dengan Dajjal di sebuah pulau kecil - wallahua'lam bish-shawwab dimana lokasinya. Ia berdialog dengan Dajjal.
قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ
قَالَ هَلْ فِيهَا مَاءٌ قَالُوا هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ قَالَ أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ
Ia berkata: Beritahukan padaku tentang danau Tiberias . Kami bertanya: Tentang apanya yang kau tanyakan? Ia menjawab: Apakah ada airnya? Mereka menjawab: Airnya banyak. Ia berkata: Ingat, airnya hampir akan habis.(HR Muslim - Shahih)
Dialog Dajjal ini dipahami merupakan salah satu isyarat bila Dajjal akan keluar. Keluarnya Dajjal hanya tinggal menunggu waktu saja. Tak lama lagi danau Tiberias akan mengering. Danau tersebut berlokasi di tanah Palestina yang sedang dijajah Israel. Dan sejak tahun 1990-an pemerintah zionis yahudi menjadi sangat panik menyadari sudah begitu minimnya sumber utama air bersih mereka, yaitu Danau Tiberias.
Bagaimana dengan gejolak di Timur Tengah?
Menurut saya itu juga merupakan bagian dari pematangan situasi di Akhir Zaman. Allah Ta’ala ingin menyadarkan umat ini bahwa fase mulkan jabriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak) harus dan insyaAllah pasti bakal berakhir. Sebuah fase yang mesti ummat Islam lalui. Fase menggunakan alatnya orang kafir yang disebut dengan faham dan ideologi demokrasi.
Kalau kaum muslimin masih mau bermain-main dengan paham ideologi bikinan manusia, akhirnya runtuhnya satu mulkan jabriyyan (diktator) hanya akan memunculkan mulkan jabriyyan yang baru. Thaghut senior diruntuhkan hanya akan melahirkan thaghut junior sebagai penggantinya.
Sebab masalah mendasarnya bukan hanya pada sosok pemimpinnya, tetapi berdasarkan ideologi dan hukum apa ia memimpin? Jika ia masih memimpin dengan faham, ideologi dan hukum produk manusia, maka siapapun yang berkuasa tidak akan menghasilkan perubahan mendasar. Allah menghendaki agar ummat Islam dipimpin dan diatur oleh faham, ideologi dan hukum berlandaskan dienullah Al-Islam. Yang mesti berubah bukan hanya sosok pemimpinnya, tetapi ummatnya juga mesti dengan sepenuh hati rela tunduk dan diatur oleh hukum Allah Ta’ala Wallahu a’lam bish-shawwaab.
Apa pendapat antum soal Ashabur Raayatis Suud yang diprediksi para ulama adalah para mujahidin Afghanistan?
Kalau soal Ashabur Raayatis Suud, saya memahami bahwa hadits tersebut menjelaskan tentang suatu kawasan bernama Khurasan. Dan jantungnya kawasan khurasan itu adalah Afganistan dan Pakistan. Jangan memandang remeh mereka-mereka yang menyebut dirinya mujahidin Afghanistan dan Pakistan sekarang ini. Karena boleh jadi insya Allah mereka inilah yang akan membuka jalan bagi kemunculan Al-Imam Al-Mahdi. Wallahu a’lam bish-shawwaab.
Apakah hadits akhir zaman tentang memerangi Persia adalah termasuk memerangi Syi’ah?
Kalau itu saya sangat yakin. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ
"Kalian akan memerangi jazirah Arab lalu Allah menaklukkannya, setelah itu Persia lalu Allah menaklukkannya, kemudian kalian memerangi Romawi lalu Allah menaklukkannya, selanjutnya kalian memerangi Dajjal lalu Allah menaklukkannya."(HR Ahmad – Shahih)
Jadi saya meyakini kalau dalam hadits tersebut yang dimaksud Persia adalah Syi’ah. Apalagi belakangan ini kezaliman mereka terhadap ummat Islam sangat nyata seperti yang diperlihatkan oleh rezim zalim Suriah Bashar Al Assad. Rezim tersebut merupakan rezim Syi’ah aliran Nusairiyyah yang sangat kejam terhadap ummat Islam di Suriah. Dan bukan rahasia bahwa yang turut mendukung kezaliman Bashar Al Assad adalah kaum Syi’ah dari Iran dan kelompok Hizbullah Syi’ah Lebanon. Sehingga kelak insyaAllah kita akan menyaksikan bahwa pasukan Al-Imam Al-Mahdi akan melawan kaum Syi’ah. Bukan seperti yang mereka klaim bahwa mereka akan berada di dalam barisan Al-Imam Al-Mahdi. Wallahu a’lam.
Apakah ada nubuwat akhir zaman tentang Indonesia?
Dengan segala kerendahan hati saya, saya harus mengatakan bahwa saya tidak menemukan nubuwat yang mengisyaratkan Indonesia. Mungkin Ini merupakan sebuah renungan bagi kita yang tinggal di Indonesia. Maknanya Indonesia boleh jadi tidak akan menjadi pemeran utama ketika berbagai kejadian luar biasa Akhir Zaman berlangsung, tetapi pemeran figuran di dalam pergolakkan akhir zaman. Wallahu a’lam.
Apa yang harus dilakukan umat Islam?
Yang harus dilakukan umat Islam adalah mendalami ashlud dien yakni inti sari ajaran Islam yaitu tauhid. Kajian tauhid harus diperbanyak. Dan kajian-kajian tauhid harus dengan pembahasan yang lengkap. Jangan membahas tauhid setengah-setengah dengan membahas ibadah kepada Allah saja tetapi wajtanibut thagut (menjauhi thaghut) tidak dilakukan.
Padahal itu dua sisi yang harus tegak secara bersamaan. Dengan jalan begitulah tauhid akan tegak. Rukun Tauhid harus tegak dua-duanya sekaligus. Begitulah juga menurut Ibnul Qayyim: bukanlah tauhid jika hanya menekankan pada an-nafyu (penafian) saja. Begitu pula bukanlah tauhid jika hanya al-itsbat (peneguhan) saja. Tauhid adalah perpaduan antara an-nafyu dan al-itsbat secara serentak.
Berkaitan dengan sunnah harus berjihad, apakah umat Islam apakah kita juga harus melakukan i’dad menyongsong akhir zaman ini harus ditempuh dengan jihad?
Pada hakikatnya semua yang Allah perintahkan, menjadi perintah buat kita ummat Islam. Semua itu diperintahkan dalam rangka kita mentaati Allah.
Tidak ada ceritanya jika umat Islam terdahulu diperintahkan a, b dan c terus kita hanya memilih a dan b saja, lalu c tidak mau kita pilih. Tetapi semua itu sesuai dengan kondisi yang tentu saja berbeda-berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, antara satu individu dengan individu lainnya, antara satu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya . Dan jika kita perhatikan ayat Allah mengenai hal ini berbunyi:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS Al-Anfal 60).
I’dad Syaamil (persiapan menyeluruh) itulah yang Allah perintahkan kepada ummat Islam. Bukan hanya persiapan fisik, tetapi juga persiapan mental. Bukan hanya persiapan mental, tetapi juga persiapan fisik. Janganlah karena condong kepada salah satunya kemudian yang lainnya diabaikan.
Secara pribadi, saya berpendapat bahwa persiapan mental jauh lebih utama daripada persiapan fisik. Sebab jika sudah berada di medan jihad, namun mental seseorang tidak siap, maka sangat mungkin ia melakukan dosa besar, yaitu desersi dari medan jihad. Na’udzubillahi min dzaalika. Tetapi jika mental sudah dipersiapkan dengan memadai, maka kondisi seperti apapun akan sanggup dihadapi seorang mukmin-mujahid fi sabilillah. Tapi tentunya persiapan fisik juga perlu diperhatikan. Bahkan persiapan intelektual (ilmu), persiapan moral (akhlak) dan persiapan finansial (harta) semua itu memiliki tuntutannya masing-masing.
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah سبحانه و تعالى daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan.” (HR Muslim – Shahih)
Sedangkan Allah Ta'ala berfirman:
قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah 249)
Jazaakumullah khoiron ustadz atas waktunya.
Wa iyyakum [Ahmed Widad]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!