Jum'at, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 26 September 2014 14:05 wib
20.871 views
Wawancara Pengurus Muhammadiyah Soal Menolak Ahok Jadi Gubernur
JAKARTA (voa-islam.com) - Mengenai ratusan massa FPI dan warga Jakarta pada rabu (24/9/2014) kemarin berdemo menolak Ahok menjadi Gubernur Jakarta menggantikan Jokowi dan intruksi Ahok yang melarang ibadah Qurban di sekolah dasar serta larangan penjualan hewan kurban berikut ini wawancara redaksi voa-islam.com dengan Pengurus MPI PP Muhammadiyah, Mustofa Nahra wardaya, Kamis (25/9/2014) :
voa-islam.com : Assalamualaikum. Pak Mustofa, FPI dan warga Jakarta kemarin menolak Ahok menjadi gubernur Jakarta. Apa sikap Muhammdiyah tentang hal tersebut?
Mustofa Nahra : Muhammadiyah tidak dalam posisi menolak atau mendukung. Soal kepemimpinan di DKI kan sudah ada perangkat aturannya. Jadi, siapapun yang menjadi pengganti Jokowi, sesuai arahan Pak Din Syamsuddin, akan diterima jika bertindak benar dan baik. Tapi sebaliknya jika pengganti Jokowi melenceng, Muhammadiyah akan mengkritiknya. Posisi ini berlaku bagi siapapun.
voa-islam.com : Mengenai keputusan dari Ahok yang melarang kurban di SD-SD di Jakarta, Ahok bilang tidak tanda tangan dan tidak melarang. Bagaimana sebenarnya kasus ini?
Mustofa Nahra : Terkait larangan pemotongan hewan di sekolah pendidikan dasar yang ditandatangani Ahok, secara resmi Muhammadiyah belum mengeluarkan pernyatan sikap. Tetapi saya secara pribadi, sangat menyayangkan kebijakan Ahok tersebut.
Selain terkesan tidak paham nilai dan makna Idul Kurban, Ahok juga terlalu berani melakukan campurtangan ritual ibadah yang sebenarnya tidak ada masalah.
Yang lebih disayangkan lagi, Ahok sempat mengaku tidak menndatangani Instruksi tersebut. Namun belakangan, ada bukti bahwa kenyatannya Ahok lah yang menandatangani.
Persoalan penjualan, penyembelihan, dan pemilihan lokasi kurban biarkan menjadi pendukung suasana Idul Kurban. Seperti halnya menjelang tahun baru, banyak orang berjualan terompet, meniupnya beramai-ramai di malam pergantian tahun, di DKI juga tidak diatur dengan Instruksi Gubernur.
Mestinya menjadi pemimpin itu yang adil dan mampu menjaga perasaan yang dipimpinnya. Bukan sebaliknya, malah memaksakan perasaan pemimpin kepada yang dipimpinnya. Intinya, Idul Kurban di DKI sudah berjalan dengan baik. Masih banyak urusan urgen di DKI Jakarta yang membutuhkan perhatian, ketimbang Idul Kurban yang hanya berlangsung sekali dalam setahun. (aj/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!