Senin, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 5 Desember 2011 23:08 wib
33.199 views
BNPT Jadikan Buku Sejarah Berdarah Salafi Wahabi sebagai Referensi
Jakarta (voa-islam) – Ketua Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Ansyaad Mbai yang asli Buton, Sulawesi Tenggara ini mengatakan, akan menjadikan buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi karya Syaikh Idahram sebagai pegangan sekaligus referensi BNPT dalam menangkal paham radikalisme dan penanggulangan terorisme di Tanah Air.
“Setelah mendengar penjelasan dari KH. Said Agil Siraj, saya baru tahu gerakan Salafi Wahabi ini. Karena itu saya akan jadikan buku tersebut sebagai referensi kami,” kata Ansyaad Mbai saat menjadi narasumber dalam Workshop Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren: Mengejawantahkan Islam Rahmatan Lil Alamin di Park Hotel (Jl. DI Panjaitan Kav 5 Jakarta Timur), Sabtu (3/11) sore. Hadir sebagai narasumber Ketua Umum PBNU (Nahdlatul Ulama) KH. Said Agil Siraj dan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Ansyaad Mbay.
Seperti diketahui, buku yang diberi pengantar oleh Ketua Umum PBNU KH. Said Agil Siraj ini, adalah buku yang laku di kalangan NU, pengikut majelis-majelis tarekat Sufi, dan di kalangan Syiah. Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Pesantren juga menerbitkan dua buku dengan tema dan penulis yang sama, yakni: Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi dan Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulama Klasik.
Abu Muhammad (AM) Waskito yang menanggapi buku trilogi data dan fakta penyimpangan salafi tulisan Syaikh Idahram itu mengatakan(baca buku Bersikap Adil kepada Wahabi: penerbit Pustaka Al-Kautsar), ketiga buku Syaikh Idahram penuh dengan fitnah dan adu domba yang justru menyenangkan musuh-musuh Islam. Idahram membuat criteria-kriteria sepihak tentang siapa saja yang masuk dalam kategori Salafi Wahabi., kemudian memusuhinya secara membabi buta.
Workshop Radikalisme
Dalam workshop itu, KH. Said Agil Siraj kembali menjelaskan definisi radikalisme. Menurutnya, kata radikal berasal dari kata radiks yang artinya akar yang paling dasar. Fenomena radikalisme, lanjut kiai NU, bukanlah barang baru. Radikalisme sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw masih ada.
KH. Said Agil Siraj mengatakan, Rasullah Saw selama 13 tahun, saat berada di Makkah, membiarkan 360 berhala di Masjidil Haram. Artinya, Nabi Saw ketika itu mengutamakan stabilitas keamanan terlebih dahulu. Setelah aman, baru bicara iman. “Kalau waktu itu, Nabi sudah menghancurkan berhala, maka bunuh diri namanya,” kata sang kiai.
Delapan tahun kemudian, Rasulullah dan kaum muslimin hijrah ke Madinah. Pada saat peristiwa Fathul Makkah, Nabi dan sekitar 15.000 umat Islam berhasil memasuki kota Makkah. Ketika itulah Nabi mengumumkan amnesty umum, semua orang Makkah oleh Nabi dimaafkan. Hanya 16 orang yang ketakutan, tidak percaya dengan janji Nabi Saw, salahsatunya adalah ikrimah (anak Abu Jahal).
“Saat Fathul Makkah, penduduk Makkah berbondong-bondong masuk Islam. Lalu, dengan kesadaran sendiri, ramai-ramai menghancurkan berhala dari Masjidil haram. Jadi bukan karena terpaksa atau doktrin,” kata kiai Said.
Dalam bagian lain, KH Said Agil menjelaskan, “Khalifah Ali bin Abi Thalib dibunuh ketika usai shalat berjamaah di masjid. Sebenarnya ada tiga orang sahabat yang hendak dibunuh, tapi hanya Ali yang shalat Subuh di masjid, dua sahabat lainnya tidak ke masjid, mungkin karena Subuhnya kesiangan,” kata kiai guyon yang tidak pantas menyebut sahabat Nabi subuhnya kesiangan.
Lalu, Ali dibunuh oleh seseorang bernama Abdurahman bin Muljam. Orang yang membunuh ini adalah seseorang yang alim, setiap malam tahajud, selalu berpuasa, bahkan hafal Al-Qur’an. “Kenapa Ali dibunuh? Karena Ali oleh Abdurrahman bin Muljam dianggap kafir. Dicap kafir, disebabkan Ali menggunakan hukum hasil dari rapat dan musyawarah manusia. Ali pun dianggap tidak menjalankan hukum Allah. Ali yang dianggap kafir, maka menjadi halal darahnya, dan harus dibunuh.”
“Prediksi Nabi terbukti. Ada orang yang mentang-mentang jenggotnya panjang, lalu mengkafirkan Ali yang merupakan sepupu Rasulullah, menantu Nabi saw, termasuk Sabiqul Awwalun, remaja yang pertama kali masuk Islam, dan pintu gerbangnya ilmu, serta sahabat yang dijamin masuk surga. Bahkan Ali berhasil menguasai Khaibar saat melawan Yahudi. Jadi, aneh jika ada anak kemaren sore, tamatan liqo atau tarbiyah, jebolan pesantren kilat, tiba-tiba mengkafirkan Ali ra,” kata Kiai Said. Desastian
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!