Jum'at, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Mei 2011 16:09 wib
21.664 views
Inilah Cara Meluruskan Qiblat, Sabtu 28 Mei Pukul 16.18 WIB
Sudah menjadi kesepakatan ulama karena ada dalam Al-Qur’an dan hadits yaitu syarat sahnya shalat seseorang harus menghadap Kiblat, yakni Ka’bah yang ada di Masjidil Haram kota Mekah.
“…Fawalli wajhaka syathral masjidilharam wahaitsumaa kuntu fawallu wujuhakum syathrah….” Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu ke Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada hadapkanlah wajahmu ke arah itu.” (Qs Al-Baqarah 144).
Apakah arah Kiblat cukup ke BARAT, sebagaimana yang difatwakan oleh MUI beberapa tahun yang lalu? Jawabannya tentu TIDAK! Sebab di zaman sekarang menentukan arah Kiblat semudah membalik telapak tangan, karena saking mudahnya alias tidak sulit.
“Dan dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka’bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan.” (QS. Al-Baqarah 149)
“Baitullah (Ka’bah) adalah Qiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Haram adalah Qiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (Makkah) dan Makkah adalah Qiblat bagi seluruh penduduk bumi Timur dan Barat dari umatku” (HR. Al-Baihaqi)
“Jika kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap Kiblat, lalu takbir, kemudian bacalah apa yang kamu hafal dari Qur’an, lalu ruku’ sampai sempurna, kemudian i’tidal sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, kemudian duduk di antara dua sujud sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, lakukanlah yang demikian itu setiap rekaat.” (HR. Abu Hurairah)
...Sebab di zaman sekarang menentukan arah Kiblat semudah membalik telapak tangan karena saking mudahnya. Alatnya hanya jam dan tongkat atau seutas benang...
Dalam ajaran Islam, menghadap ke arah Kiblat atau bangunan Ka’bah yang berada di Masjidil Haram adalah merupakan tuntutan syariah dalam melaksanakan ibadah tertentu. Berkiblat wajib dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah Muslim. Menghadap Kiblat juga merupakan ibadah sunnah ketika tengah azan, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.
MENGUKUR ARAH QIBLAT YANG MURAH, PRAKTIS, AKURAT DAN ILMIAH
Lantas apakah bisa mengukur arah Kiblat secara presisi dengan biaya yang murah? Jawabannya adalah BISA! Yaitu dengan menggunakan fenomena astronomis yang terjadi pada hari yang disebut sebagai yaumul rashdil qiblat atau hari meluruskan arah Kiblat karena saat itu Matahari tepat di atas Ka’bah. Fenomena yang terjadi 2 kali selama setahun ini dikenal juga dengan istilah “Transit Utama” atau “Istiwa A’dhom.” Pada tanggal 28 Mei 2011 WIB pukul 16:18 WIB (atau 17.18 WITA), dan bulan depan pada hari Sabtu 16 Juli 2011 pukul 16:27 WIB (atau 17.27 WITA), Matahari tepat berada di atas Ka’bah.
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Khatulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa’ selalu berubah, terkadang di Utara dan di saat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A’dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.
Hal ini bisa dipahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibatkan selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A’dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.
Demikian halnya Ka’bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A’dhom yaitu setiap tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.18 WIB dan 16 Juli pukul 16.27 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka’bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah Kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
...Konsep mengukur arah Kiblat ini sangat sederhana. Pada Sabtu 28 Mei 2011 pukul 16:18 WIB, matahari tepat berada di atas Ka’bah. Maka Posisi Matahari adalah Arah Kiblat, dan Bayangan Matahari adalah Arah Kiblat...
KONSEPNYA SEDERHANA!
Konsep mengukur arah Kiblat ini sangat sederhana.
1. Saat Matahari di atas Ka’bah maka semua bayangan benda tegak akan mengarah ke Ka’bah.
2. Pada tanggal 28 Mei 2011 pukul 16:18 WIB dan 16 Juli 2011 pukul 16:27 WIB, Matahari tepat berada di atas Ka’bah.
3. Posisi Matahari = Arah Kiblat
4. Bayangan Matahari = Arah Kiblat
INILAH CARA MENERA (MENGUKUR) ARAH QIBLAT DENGAN TEPAT:
1. Penentuan arah Kiblat menggunakan fenomena Istiwa A'dhom hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa itu terjadi (Sabtu tanggal 28 Mei 2011 WIB pukul 16:18 WIB atau 17.18 WITA; dan Sabtu 16 Juli 2011 pukul 16:27 WIB atau 17.27 WITA), dapat melihat matahari secara langsung.
2. Siapkan jam atau arloji yang sudah dicocokkan (dikalibrasi) waktunya secara tepat sesuai dengan radio, televisi, internet atau telepon ke 103.
3. Tentukan lokasi masjid, musholla, surau atau rumah yang akan diluruskan arah Kiblatnya. Lokasi boleh di dalam maupun di luar ruangan, yang penting tempat tersebut datar dan masih mendapat sinar matahari saat peristiwa Istiwa A'dhom (matahari di atas Ka’bah) sedang berlangsung.
4. Sediakan tongkat lurus panjang minimal 1 meter. Akan lebih bagus jika menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga tegak benar.
5. Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan lot tukang (jika menggunakan tongkat), atau pasang benang lengkap dengan bandul dan penyangganya di tempat tersebut. (Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya fenomena agar tidak terburu-buru)
6. Jika telah tiba saat Istiwa A’dhom, amatilah bayangan Matahari yang terjadi. Pada bayangan tersebut, berilah tanda menggunakan spidol, benang, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda lurus. Maka itulah arah Kiblat yang sebenarnya
7. Agar tera arah Kiblat itu bisa menggunakannya di tempat lain, dapat pula kita melukiskan bayangan tersebut di atas kertas, lalu kita cocokkan arah mata anginnya dengan kompas.
8. Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah Kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah Kiblat. Maka setelah garis arah Kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton.
9. Sebaiknya bukan hanya masjid atau mushalla atau surau saja yang perlu diluruskan arah Kiblatnya. Mungkin Kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan arah Kiblat di rumah masing-masing. Semoga cuaca cerah.
10. Jika anda khawatir gagal karena Matahari terhalang oleh mendung (atau kendala lainya), maka toleransi pengukuran dapat dilakukan pada H-2 hingga H+2 (tanggal 27 sd 29 Mei 2011 dan tanggal Juli 2010), dengan cara menambah 3 menit perhari sesudahnya (tanggal 17-18 Juli), dan mengurangi 3 menit per hari sebelumnya (tanggal 15-17 Juli 2011).
10. Tetapi bagaimana jika lokasi kita berada di daerah WIT yang tentu saja matahari telah terbenam ketika peristiwa itu berlangsung? Jangan khawatir, masih ada kesempatan untuk melakukan pengukuran yakni pada tanggal 28 November pukul 00.09 waktu Arab atau 06.09 WIT dan peristiwa yang sama akan terulang pada tanggal 17 Januari pukul 00.29 waktu Arab atau 06.29 WIT. Karena pada waktu tersebut matahari terletak di antipode atau nadir (tepat berada di bawah ka’bah).
Semoga dengan lurusnya arah Kiblat kita, ibadah shalat yang kita kerjakan menjadi lebih afdhal dan doanya lebih dikabulkan. Amin. [taz/dbs]
Baca berita terkait:
- Luruskan Arah Qiblat 28 Mei Pukul 16.18 WIB, Demi Kesempurnaan Ibadah.
- Inilah Cara Meluruskan Qiblat, Sabtu 28 Mei Pukul 16.18 WIB.
- PBNU Serukan Gerakan Peduli Roshdul Qiblat (GPRQ) untuk Koreksi Arah Kiblat 28 Mei 2011
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!