ACEH (voa-islam.com) - Aksi tim Polda Aceh dalam membekuk empat pria yang diduga anggota Jamaah Islamiah (JI) di kawasan pegunungan Jalin, Kecamatan Kota Jantho, Aceh Besar disesalkan sejumlah pihak karena menyisakan kisah tragis. Pasalnya, dalam aksi tersebut terjadi kesalahan tembak yang mengorbankan dua warga sipil, satu di antaranya tewas.
Kesalahan tembak yang mengorbankan warga sipil tersebut terjadi pada Selasa, 23 Februari lalu. Sore itu Polri melakukan penangkapan sejumlah orang yang diduga kelompok JI. Penangkapan berlangsung sekitar 14 jam. Polisi mulai bergerak Senin siang usai shalat zuhur hingga pukul 04.00 WIB, Selasa 23 Februari 2010.
Seorang warga sipil bernama Kamaruddin alias Raja Rimba (37) tewas dan anaknya Suheri (14) yang masih duduk di kelas 3 SMP menderita luka tembak. Atas kelalaian tersebut Kapolda Aceh Irjen Pol Aditya Warman secara kelembagaan menyatakan permohonan maaf dan sekaligus ikut berduka cita.
Menurut informasi yang dikumpulkan Metro Aceh, Kamaruddin warga Kuta Cot Gle, Aceh Besar tewas dengan kondisi mengenaskan. Di tubuhnya bersarang peluru polisi yang terlibat penggerebekan di kawasan yang diduga sebagai basis JI di Jalin Jintho, Aceh Besar.
...Kamaruddin tewas dan anaknya Suheri menderita luka tembak. Atas kelalaian tersebut Kapolda Aceh secara kelembagaan menyatakan permohonan maaf dan sekaligus ikut berduka cita....
Polda Nangroe Aceh Darussalam (NAD) juga meyakini tiga orang yang ditangkap Polres Aceh Besar, adalah kelompok jaringan JI, yang diduga kuat terkait kelompok Imam Samudera dan Noordin M Top. Karena polisi menemukan buku berjudul 'Mimpi Suci Dibalik Jeruji Besi' karangan Ali Gufron di lokasi penangkapan di Kecamatan Kuta Malaka, daerah kawasan Janto arah Gempang.
Kapolda Aceh, Irjen Pol Adityawarman menyebutkan, dalam penyergapan tersebut Polri berhasil menangkap empat orang yang diduga JI, yaitu Ismed Hakiki (40) dan Zakky Rahmatullah (27) keduanya asal Kecamatan Picung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Dua lainnya asal Kabupaten Aceh Besar yaitu Yudi Zulfahri (27) warga Perumnas Lambheu, Kecamatan Darul Imarah dan Masykur Rahmat (21), warga Gampong Miruek, Kecamatan Krueng Barona Jaya.
Sedangkan barang bukti yang diamankan juga masih seperti saat penangkapan, antara lain seragam PDL loreng dari luar negeri, ransel, tenda, uang, kepingan CD (salah satunya berjudul perlawanan kaum tertindas), dan sejumlah buku.
“Senjata tidak ada, tapi kami tetap mendalami semua barang-barang bukti itu, apalagi yang mencurigakan,” lanjut Kapolda.
Menurut Kapolda, dalam mendalami kasus itu pihaknya berkoordinasi dengan detasemen Polri yang paham tentang terorisme. Kapolda menduga kelompok itu dari luar Aceh yang memanfaatkan kondisi Aceh yang sudah aman.
“Kelompok ini berdiri tunggal, tidak ada kaitan dengan kelompok lokal. Mereka latihan di sini dengan memanfaatkan situasi Aceh yang seakan-akan dilakukan oleh kelompok lokal,” tandas Adityawarman.
...Menurut Kapolda, jatuhnya korban salah tembak itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika aparat di lapangan benar-benar stabil...
Kapolda minta maaf atas jatuhnya korban salah tembak
Menurut Kapolda, jatuhnya korban salah tembak itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika aparat di lapangan benar-benar stabil. Siang itu aparat Polda dan Polres Aceh Besar yang turun hanya sekitar belasan orang. Namun mereka terus merangsek masuk setelah mendapat informasi di lapangan, bahwa kelompok JI berjumlah 50 orang dan bersenjata lengkap.
“Saya tidak mau juga anggota saya kecolongan, maka diturunkan personil sekitar 100 anggota untuk memback up pasukan di lapangan,’ ungkapnya.
Waktu sudah mulai malam, tim gabungan Polda Aceh berpapasan dengan dua orang sedang berjalan hendak memancing ikan. Belakangan diketahui sebagai Komaruddin dan putranya Suheri. Namun pandangan mata, kata Kapolda, terhalang kegelapan. Sehingga sewaktu tembakan peringatan dilepaskan ternyata tidak diindahkan korban. Peluru langsung dikepas tepat di sasaran. Satu bersarang di kaki kiri, satu lagi mengenai dada kiri, hingga Raja Rimba tewas di tempat.
...Waktu sudah mulai malam, tim gabungan Polda Aceh berpapasan dengan dua orang sedang berjalan hendak memancing ikan. Namun pandangan mata terhalang kegelapan. Peluru langsung dikepas tepat di sasaran. Satu bersarang di kaki kiri, satu lagi mengenai dada kiri, hingga Raja Rimba tewas di tempat...
“Waktu itu menjelang magrib, anak buah saya dari densus 88, Polres Aceh Besar ikut turun ke lokasi untuk mengecek keberadaan markas JI itu, sekali lagi saya menyampaikan permohonan maaf,” ujar Kapolda memberikan keterangan kepada wartawan di Mapolda Aceh, (23/2/2010).
Menurut informasi yang dikumpulkan dari warga, Komaruddin seperti biasa memang gemar memancing. Tempat favoritnya adalah sungai yang berada di kawasan pegunungan Jalin. Pada Senin kemarin, komaruddin mengajak putranya yang masih duduk di bangku kelas III SMP, yang juga terkena peluru di bagian kaki dan saat ini sedang menjalani perawatan di rumah sakit Bhayangkara. Di tengah perjalanan Komaruddin tewas jadi korban salah tembak di tangan polisi. Sedangkan sang anak yang juga jadi korban salah tembak tidak meninggal, tapi terluka parah.
Pasca meninggalnya Komaruddin, rumah duka di kawasan Kuta Cot Gile, dikerumuni ratusan masyarakat dan kerabat korban yang datang untuk melayat. Merka terlihat begitu kehilangan atas kepergian Komaruddin.
Suasana ruang tamu berukuran 3X4 meter tempat disemayamkan jasad Kamaruddin dipenui para pelayat berduka cita. Kerabat korban juga mempersilakan sejumlah wartawan mengambil gambar jenazah korban. Mereka juga memperlihatkan berkas luka tembak pada bagian kanan dan kaki sebelah kiri korban.
Menanggapi aksi salah tembak terhadap warga sipil yang dilakukan anggotanya, Mabes Polri terus melakukan pengusutan tuntas. Mabes Polri menyatakan, pihaknya telah menurunkan satu tim investigasi untuk mengusut kasus salah tembak itu.
"Kalau salah tembak, ya yang salah diambil langkah-langkah penindakan
dan saksi," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Edward Aritonang di
Jakarta, Jumat (26/2/2010).
...pihak kepolisian harusnya lebih profesional sehingga tidak menimbulkan korban masyarakat sipil. Akibat tertembaknya dua warga sipil, satu di antaranya meninggal dunia, berdampak luas di masyarakat...
Pihak kepolisian harus menanggung pendidikan anak korban yang menjadi yatim
Jatuhnya korban salah tembak terhadap warga sipil pada operasi penyergapan tersangka yang diduga teroris tersebut, sangat disesalkan oleh seorang anggota DPRA asal Aceh Besar, Darmuda.
“Dalam melaksanakan tugas penangkapan, pihak kepolisian harusnya lebih profesional sehingga tidak menimbulkan korban masyarakat sipil. Akibat tertembaknya dua warga sipil, satu di antaranya meninggal dunia, berdampak luas di masyarakat,” kata Darmuda, Rabu (24/2).
Menurut Darmuda, warga yang meninggal itu termasuk masyarakat miskin dan kejadian salah tembak itu telah membuat anak yatim di Aceh bertambah.
“Sebagai kompensasi dari salah tembak itu, pihak kepolisian harus bertanggungjawab terhadap kelanjutan pendidikan anak korban. Anak-anak korban yang masih kecil-kecil bisa putus sekolah dan terlantar. Ini perlu menjadi perhatian dari pihak kepolisian,” kata Darmuda, anggota DPRA dari Partai Aceh.
...Sebagai kompensasi dari salah tembak itu, pihak kepolisian harus bertanggungjawab terhadap kelanjutan pendidikan anak korban. Anak-anak korban yang masih kecil-kecil bisa putus sekolah dan terlantar...
Tak cukup minta maaf, Kapolda Aceh harus diperiksa
Tewasnya warga sipil akibat salah tembak polisi itu sangat disesalkan. Meski Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam Irjen Adityawarman sudah menyatakan minta maaf atas kesalahannya, namun berbagai pihak menuntut agar Kapolda Aceh sebagai penanggungjawab operasi harus diperiksa.
"Tidak cukup hanya minta maaf. Harus ada upaya pemeriksaan dan penyelidikan dari Propam Mabes Polri," ujar Ketua Dewan Pembina Tim Pengacara Muslim Mahendradatta, di Jakarta (24/2/2010).
Meski Kapolda Aceh Irjen Adityawarman sudah meminta maaf dan mengakui penembakan itu tidak disengaja, menurut Mahendradatta, tindakan itu tetap harus diproses hukum.
"Itu akibat euphoria karena merasa berhasil memberantas terorisme jadi yang muncul justru abuse of power,’’ katanya.
...Kapolda tidak cukup hanya minta maaf. Harus ada upaya pemeriksaan dan penyelidikan dari Propam Mabes Polri. Itu akibat euphoria karena merasa berhasil memberantas terorisme jadi yang muncul justru abuse of power...
Konsep operasi yang memakan korban sipil itu juga terjadi karena pengawasan terhadap kinerja Densus di lapangan lemah.
Permintaan agar Kapolda Aceh diperiksa juga datang dari Ketua Indonesian Police Watch Neta Sanusi Pane.
‘’Secara resmi kami akan meminta Komnas HAM turun ke Aceh, menyelidiki langsung kasus ini,’’ ujarnya.
Menurut Neta, jika Profesi Pengamanan (Propam) Mabes Polri saja yang terlibat dalam penyelidikan hasilnya tidak cukup. [taz/dari berbagai sumber]
Baca berita terkait:
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com